Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adakan Focus Group Discussion. Mengusung tema “Cerita dalam Hidangan: Tradisi Lisan Kuliner sebagai Potensi Wisata Gastronomi Berkelanjutan”, kegiatan berlangsung secara daring via Zoom Meeting, Selasa (25/11).
Kegiatan menghadirkan Ketua Departemen Sastra Daerah Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Muhlis Hadrawi SS MHumsebagai pembicara. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa kuliner vernakular Sulawesi Selatan di dalam naskah lontara memuat jejak penting peradaban masyarakat masa lampau.
Makanan lokal bukan sekadar hidangan, tetapi penanda sosial yang menunjukkan corak budaya, sistem sosial, kehidupan politik, potensi alam dan lingkungan. “Kuliner adalah petunjuk dalam mempelajari kehidupan manusia,” ungkapnya.
Di samping itu, Guru Besar Filologi Unhas menjelaskan bahwa beragam naskah lontara hingga catatan harian Raja Bone ke-16 dan Aristokrat Bone merekam jenis makanan serta teknik pengolahannya. Semua bahan pangan yang dicatat tersebut sepenuhnya bersumber dari kekayaan lokal.
Tradisi kuliner semacam ini menunjukkan keberlanjutan pengetahuan lokal yang diwariskan lintas generasi. “Naskah lontara mencatat kuliner sebagai jejak peradaban indigenous manusia Sulawesi Selatan,” tuturnya.
Melalui kajian filologi, Muhlis menegaskan bahwa teks-teks kuno tersebut menghadirkan gambaran utuh mengenai hubungan manusia, alam, dan pangan. Perspektif ini diharapkan dapat memperkuat arah pengembangan wisata gastronomi berbasis tradisi yang tetap berpijak pada identitas budaya Sulawesi Selatan.
Fitriani Andini
