Korps Pecinta Alam (Korpala) Univesitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Prolog Ecosystem mengadakan pemutaran perdana dan diskusi film dokumenter “Wangany Mala” produksi Two Gongs Media. Acara ini berlangsung di Gedung Ipteks Unhas, Selasa (29/07).
Film dokumenter “Wangany Mala” mengangkat kisah Nirmala dalam mimpinya untuk berlayar, yang membawanya pada proses pembuatan perahu tradisional di Sulawesi. Film ini juga mengisahkan cerita-cerita pelayaran purba bersama dengan penduduk asli Australia, khususnya masyarakat Yolngu.
Sutradara film, Will McCallum, menjelaskan ide film dokumenter ini berawal dari keinginannya menceritakan kembali sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat. Namun, riset menunjukkan masyarakat adat (first nations people) di Australia Utara sudah familiar dengan kisah ini.
“Tujuan kami adalah menghadirkan kisah ini secara kreatif dan tidak membosankan, agar penonton merasa terlibat hingga akhir. Pendekatan eksperimental membuat film lebih menarik, bukan hanya mengulang fakta,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan kerja sama antar negara menjadi tantangan dan keuntungan tersendiri. Proses di Indonesia terasa mudah dan menyenangkan, berbeda dengan di Australia yang membutuhkan proses lebih lambat untuk membangun kepercayaan.
“Di Australia pengetahuan dilindungi dengan sangat ketat, dan perlu benar-benar membangun kepercayaan dan menunjukkan kepada orang-orang bahwa kita membuat film untuk alasan yang tepat,” jelas Will.
Produser film ini juga menekankan pentingnya sejarah pelayaran Makassar dan Australia bagi banyak generasi muda yang belum mengetahuinya. Kisah Mangany Mala menunjukkan kemitraan berdasarkan kepercayaan, sangat kontras dengan kedatangan bangsa Eropa yang justru membawa dampak negatif.
Bagi pembuat film pemula, Will menekankan pentingnya riset mendalam dan memahami sejarah. Ia juga mendorong sutradara lainnya untuk berani mengambil risiko, banyak bertanya, dan mencari kemitraan.
Syarifah Khumairah
