Sebagaimana halnya fakultas lain di lingkungan Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengembangan tridarma Perguruan Tinggi. Untuk itu, FKG perlu mempersiapkan berbagai elemen pendukung, termasuk menyediakan sumber daya manusia (SDM) dengan kualitas baik.
Salah satu capaian membanggakan dari FKG Unhas pada 2019 adalah fakultas ini berhasil mempromosikan lima dosen dengan jabatan akademik profesor. Dengan demikian, dari 26 profesor baru yang dicapai Unhas, FKG tercatat sebagai fakultas dengan jumlah profesor terbanyak.
Dekan FKG Unhas, drg Muhammad Ruslin M Kes Ph D Sp BM(K) menjelaskan bahwa pencapaian ini merupakan dampak dari strategi pengembangan SDM fakultas yang dipimpinnya. Salah satu langkah strategis yang diterapkan adalah dengan membuat tim yang memantau perkembangan kepangkatan dosen-dosen di lingkup FKG.
“Tim kita tugaskan untuk memantau kepangkatan dosen-dosen FKG. Bagi dosen yang kita nilai sudah memenuhi persyaratan untuk diusulkan menjadi guru besar, segera kita lakukan pendekatan dan pendampingan,” kata Ruslin, Rabu (8/1).
Mekanisme yang sama akan terus dilaksanakan pada tahun 2020 ini. Tim kepegawaian ini secara rutin akan berkomunikasi dengan dosen-dosen yang telah memiliki pangkat lektor kepala, mereka akan kita dorong untuk segera mempersiapkan dokumen-dokumen dan mengusulkannya untuk menjadi guru besar.
“Saya optimis, tahun ini kita bisa menargetkan paling tidak lima dosen kita yang bisa dikukuhkan sebagai profesor. Pada pertengahan 2019 lalu, kami telah mengutus lima dosen yang potensial menjadi profesor untuk mengikuti workshop strategi percepatan kenaikan jenjang akademik Guru Besar,” paparnya.
Lebih lanjut, Ruslin menyebutkan bahwa dalam meningkatkan SDM Guru Besar di FKG, tentu ada tantangan tersendiri. Namun, dengan kerja sama yang baik serta kesadaran masing-masing, semua tantangan tersebut bisa diatasi dengan baik.
“Dari evaluasi kita, tantangan paling besar yang dihadapi oleh dosen-dosen kita adalah dalam hal persyaratan publikasi. Apalagi, persyaratan publikasi untuk pengusulan menjadi guru besar itu lebih ketat, ada kewajiban untuk memiliki publikasi yang bereputasi,” jelasnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, FKG mengambil berbagai langkah, misalnya melaksanakan workshop penulisan artikel ilmiah dengan target untuk dipublikasikan pada jurnal bereputasi. Hal ini bisa mendorong peningkatan skill menghasilkan karya ilmiah berkualitas dan memenuhi standar pemuatan pada jurnal bereputasi.
“Semakin banyak artikel dosen yang dipublikasikan, tentu impaknya juga akan bertambah, baik bagi dosen maupun bagi institusi,” lanjut Ruslin.
Di akhir wawancara, Ruslin menyebutkan bahwa ada beberapa target lain lagi yang ingin dicapai oleh FKG Unhas. Untuk itu, fakultas yang dipimpinnya akan membuat rencana strategis jangka panjang, termasuk membudayakan kebiasaan menulis dikalangan dosen maupun tenaga pengajar.
“Menulis harus menjadi bagian dari budaya mutu di kalangan dosen. Prinsip ilmu pengetahuan yang baik adalah terdokumentasi dan terdiseminasi. Dengan menghasilkan karya tulis dan terpublikasi, maka kedua elemen tersebut secara langsung terpenuhi. Itulah sebabnya kami memberi perhatian pada budaya menulis ini,” pungkasnya.
Wandi Janwar