Sebagai rangkaian Dies Natalis ke-64 Universitas Hasanuddin, Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM Unhas), menggelar Webinar bertajuk, Edukasi Kesehatan dan Tantangannya di Masa Pandemik Covid-19, Jumat (24/07).
Kegiatan melalui aplikasi Zoom tersebut, dimoderatori Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas, Muh Arsyad SKM MKes. Mengahadirkan tiga narasumber yaitu, Wakil Ketua Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) Pusat, Dr Dian Ayubi SKM MQIH, Guru Besar Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas, Prof Dr dr Muh Syafar MS, Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, drg Burhanuddin.
Webinar kali ini dibuka oleh Dekan FKM Unhas, Dr Aminuddin Syam SKM MKes MMed. Ia menerangkan, Departemen Promosi Kesehatan sangat identik dengan edukasi, dan tantangan paling beratnya, yaitu hasil edukasi yang belum bisa dilihat jelas dampaknya. “Karena ini berkaitan dengan kesadaran masyarakat, dan kesadaran ini yang masih terbatas di masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan ini, diharapkakn tantangan bisa dihadapi dengan pengembangan model edukasi yang lebih tepat terkait Covid-19,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, narasumber pertama, Dr Dian Ayubi memulai materinya dengan memperlihatkan data penularan Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat. Seperti pada Sabtu (18/07), kasus positif Covid-19 ada 84.882 dan enam hari kemudian pada Kamis (23/07), meningkat hampir 10.000 kasus positif dengan total 93.657 kasus. Angka kematian pun diperlihatkan masih terus meningkat.
Wakil Ketua PPKMI Pusat ini pun menambahkan, belum ada obat dan vaksin untuk mencegah Covid-19. Vaksin yang paling tepat menurutnya saat ini adalah, perilaku mencegah penularan virus dengan mematuhi protokol Kesehatan. Adapun kebiasaaan baru atau umum disebut “New Normal”, menurutnya harus diriingi protokol kesehatan yang ketat, apalagi saat pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar. Itupun, yang boleh dilonggarkan adalah kegiatan yang minim penularan.
Ia pun kembali menambahkan, tantangan dinilainya terletak pada persepsi masyarakat yang seperti tidak peduli dengan kondisi, dan kembali seperti saat normal sebelum adanya virus ini. Selain itu adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap petugas dan keluarga korban, serta kontak erat dengan pasien pengidap Covid-19 pun masih menjadi tantangan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19.
“Sebagian besar pengidap virus ini adalah tanpa gejala, dan 60-70% dari masyarakat yang positif kasus ini, yaitu tanpa gejala serta dapat menularkan. Baru-baru ini juga ditemukan penularannya yang dapat melalui udara yang bertahan selama tiga jam,” jelasnya.
Selanjutnya narasumber kedua, Prof Dr dr Muh Syafar, menjelaskan fenomana awal munculnya virus Corona. Ia mengatakan saat awal munculnya Covid-19, masih banyak yang tidak peduli, dan bahkan yang terpapar hanya ras tertentu. Ia juga menjelaskan bagaiamana pengaruh Covid-19 ini dalam aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan serta kesehatan. Ia menambahkan, pintu masuk edukasi kesehatan dapat dimulai dari individu, lalu interaksi sosial, penyedia layanan, membangun koalisi, hingga pada kebijakan dan regulasi yang diambil.
Ia menyebut skenario promosi preventif untuk Covid-19 terletak pada kesadaran manusianya yang bagus, terbekali masalah agama, informasi yang benar dan dapat menjadi agen komunikasi berantai. Sedangkan manusia dengan skenario kesadaran belum bagus dikatakannya, dapat meniru role model, berusaha sadar dengan sendirinya, dan memperkuat agama. Ia juga menegaskan pada skenario makhluk sosial, penting dilakukan penguatan modal sosial, kepedulian sosial, saling percaya dan regulasi yang tepat.
Sesi terakhir disampaikan, drg Burhanuddin. Dalam kesempatan yang diberikan, ia mengatakan selama pandemi, Presiden Joko Widodo, beberapa kali mengeluarkan surat keputusan yang intinya tentang pentingnya kesehatan masyarakat. Strategi kesehatan yang dapat dilakukan menurutnya, berupa advokasi, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
Ia juga menambahkan, perlu membangun strategi komunikasi dengan tujuan penyebaran informasi yang cepat dan akurat, mendorong perubahan perilaku individu, dan responsif terhadap perubahan informasi Covid-19.
Tenaga kesehatan pun dikatakannya, harus lebih cerdas dalam penyebaran informasi kesehatan. Pihak pemerintah dan tenaga kesehatan pun dikatakannya sudah melakukan upaya-upaya dalam meminimalisir penularan ini.
“Mengahadapi stigma masyarakat penting untuk kita ingat, pada kelompok yang berisiko atau yang rentan terhadap Covid-19, apalagi tingkat kematian 80% berada pada kelompok rentan ini. Kuncinya yaitu cuci tangan, jaga jarak, pakai masker,” pungkasnya.
M126