Menurut data Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, angka sanitasi pada tahun 2020 di Negara Indonesia hanya mencapai 7%, hal ini mengindikasikan bahwa kualitas kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan air minum bersih, pengolahan, serta pembuangan kotoran masih tergolong rendah.
Ketersediaan air bersih adalah kunci yang dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sedangkan jika ditelisik, masih banyak daerah yang mengalami krisis air bersih sehingga berdampak pada kehidupan sehari-hari. Air adalah unsur penyusun utama pada kelangsungan mahluk hidup, ancaman krisis air bersih dan layak minum semestinya menjadi prioritas yang harus diperhatikan.
Menanggapi permasalahan tersebut, maka sumber daya manusia di Indonesia dituntut untuk menciptakan serangkaian gagasan guna menjadi solusi dari ancaman krisis air bersih di Indonesia. Salah satunya telah dilakukan oleh Tim Pengabdian dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) dengan memanfaatkan produk Flocculating Agent sebagai upaya penjernihan air di Kampung Kera-Kera, Makassar pada Rabu hingga Kamis (22-23/06).
Kegiatan ini dilakukan oleh Dosen Farmasi Unhas yaitu Apt Afdil Viqar Viqhi S Si M Si, Dr Apt Ayun Dwi Astuti S Si, Dr Ayu Masyita S Si, Apt Muhammad Raihan S Si M Sc Stud serta 25 mahasiswa Farmasi. Adapun Putri, Salah satu mahasiswa yang terlibat, dalam wawancranya pada Jumat (24/6) menyampaikan bahwa pemilihan Kampung Kera-Kera sebagai lokasi kegiatan karena kampung ini telah mengalami krisis air bersih selama puluhan tahun.
“Kampung Kera-Kera terletak tak jauh dari area kampus Unhas, melalui riset yang dilakukan oleh tim pengabdian, diperoleh fakta bahwa kampung tersebut mengalami masalah terkait kualitas air bersih,” ungkapnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa masyarakat sekitar juga perlu mengeluarkan biaya yang tak cukup murah untuk mendapatkan air bersih. Sebesar 150.000 digunakan untuk membeli air di tiap tangkinya. Saat musim hujan, mereka terpaksa menampung air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
“Sebagian dari masyarakat mengaku harus menggali sumur dengan kondisi air yang asin, keruh, dan tidak layak untuk dikonsumsi. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga telah berupaya menyediakan air bersih, akan tetapi setelah sebulan kemudian airnya sudah tidak mengalir lagi,” ungkapnya.
Berangkat dari hal itu, Putri beserta tim mengusung ide untuk memanfaatkan flocculating agent yang bermanfaat untuk menjernihkan air. Flocculating agent bekerja dengan cara mengendapkan zat pengotor pada air. Inovasi ini terdiri dari empat bahan yaitu Fero Sulfat berfungsi untuk mengendapkan pengotor pada air, Baking Soda untuk menetralkan pH pada air, Kaporit untuk membunuh bakteri, dan Arang aktif yang untuk menjernihkan air.
Tak hanya itu, Ia menjelaskan bahwa penggunaan flocculating agent lebih praktis dibandingkan perlakuan fisik, hal ini karena produk tersebut mudah diaplikasikan yaitu dengan hanya menuangkan produk dengan dosis tertentu dan menunggu perubahan yang terjadi selama lima hingga sepuluh menit.
Adapun dosis penggunaan tidak boleh sembarangan, dosis yang digunakan harus tepat sehingga pengaplikasiannya juga dapat optimal. Dosis yang dianjurkan yaitu 1 gram/10 liter air. Air yang telah diberi flocculating agent aman untuk digunakan dalam keperluan rumah tangga. Untuk air yang ingin dikonsumsi sebaiknya di masak terlebih dahulu.
Kegiatan pengabdian dilakukan dengan metode demonstrasi, dengan menyampaikan dan praktik langsung kepada masyarakat dengan memperlihatkan aplikasi flocculating agent pada air sungai di Kera-Kera yang menjadi sampel.
“Alhamdulillah apa yang kami lakukan disambut antusias oleh masyarakat dan kami berharap bahwa ide ini dapat dikembangkan lagi agar menjadi lebih baik,” tutupnya.
Ivana Febrianty
Discussion about this post