Melalui Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) yang dirangkaikan Konvensi Kampus XVI dan Temu Tahunan XXII, Presiden Indonesia, Joko Widodo menyentil agar FRI tidak hanya menjadi forum saling komunikasi, tapi dapat menjadi forum saling peduli antar sesama perguruan tinggi. Hal tersebut disampaikan sebelum Jokowi resmi membuka konferensi.
Kegiatan yang bertemakan Optimalisasi Gerakan Merdeka Belajar untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0 demi Terwujudnya SDM Unggul dan Indonesia Maju ini, diharapkan Jokowi, dapat bertindak saling membantu perguruan tinggi yang tidak mampu. Selain itu, FRI juga dituntut untuk berbagi secara daring baik pengalaman, kurikulum, silabus, koleksi perpustakaan, dosen perkuliahan demi memajukan bersama seluruh mahasiswa di Indonesia dan terpenting, perguruan tinggi dapat menjalin kerjasama dengan industri yang ada.
Dalam pelaksanaanya, acara yang berlangsung menggunakan aplikasi Zoom dan disiarkan secara live streaming di kanal YouTube IPB TV ini, dimulai pukul 09.00 WIB. Kegiatan tersebut dipandu langsung Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, selaku Ketua Dewan Pertimbangan FRI yang dipercaya memandu jalannya acara hingga akhir.
Beberapa narasumber kompeten menjadi pembicara. Mereka diantaranya, Menteri Koordinator Bidang pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Prof Dr Muhadjid Effendy SPd MAP), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Prof Dr Mohammad Mahfud MD SH SU MIP), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Nadiem Makarim BAM BA), Menteri Riset, Teknologi, dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Prof Bambang PS Brodjonegoro SE MUP PhD), Menteri Sekretaris Negara (Prof Dr Pratikno MSoc Sc), dan Ketua FRI terpilih 2020/Rektor IPB (Prof Dr Arif Satria SP MSi).
turut hadir Dewan Kehormatan FRI, Menteri Kabinet Indonesia Maju, serta pimpinan universitas baik negeri maupun swasta seluruh Indonesia juga gubernur.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, BA MBA, saat sesi berbicara, ia banyak menyampaikan persoalan kebijakan dan strategi Kampus Merdeka. Menurutnya setiap rektor mampu membuat regulasi sendiri dan memiliki kemerdekaan untuk bisa menentukan arah dan spesialisasi fokus tujuan Perguruan Tinggi mereka. Mengenai, tugas dosen yang mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, seharusnya sekarang mulai difleksibelkan. Tidak semua amanah Tridharma harus dilakukan, tapi harus menyesuaikan minat dosen.
Lebih lanjut Menteri yang juga pendiri Gojek itu menjelaskan, kampus masa depan memberikan kebebasan bagi dosen untuk mencari pengalaman di luar kampus seperti di kampus lain, industri, maupun kemitraan lainnya. Kampus dikatakan, Nadiem harusnya mengundang sebanyak mungkin praktisi untuk mengajar, sehingga tercipta sumber daya manusia yang unggul guna mencapai Indonesia Maju. Mahasiswa pun kata Nadiem, harus didorong untuk mencari pengalaman sesuai minatnya dimanapun mereka inginkan dan tentu harus mampu difasilitasi perguruan tinggi.
Di akhir konferensi, Prof Dwia menyampaikan harapan dari pelaksanaan kegiatan, utamanya untuk perguruan tinggi agar dapat mewujudkan Kampus masa depan yang merupakan idola bangsa dan peradaban industri 4.0. “Perguruan tinggi adalah penghela inovasi negara melalui SDM yang dihasilkan, teknologi dan karakter bangsa untuk mewujudkan optimisme Indonesia Maju. Keterlibatan perguruan tinggi untuk mendukung Indonesia keluar dari middle income trap sangat dibutuhkan, melalui inovasi teknologi yang disesuaikan dengan strategi masing-masing perguruan tinggi,” tutupnya.
M108