Istilah frugal living belakangan ini muncul di sosial media. Kondisi ini menggambarkan di mana seseorang menghemat uang untuk keperluan pribadinya. Biasanya orang yang menjalani kehidupan seperti ini cenderung menggunakan uang secara efektif.
Namun, frugal living acap kali dipandang berbeda. Karena tuntutan berhemat, tak jarang kehidupan frugal justru dianggap pelit sehingga menunda kebahagiaan untuk diri sendiri.
Lantas, benarkah demikian? Reporter PK identitas Unhas, Aliyah Fadhilah, melakukan wawancara dengan Dosen Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin (Unhas), Rizky Amalia Jamil SPsi MA, Rabu (23/10). Berikut petikan wawancaranya.
Apa sebenarnya frugal living itu?
Frugal living secara sederhana adalah sebuah konsep tentang orientasi gaya hidup hemat. Sebetulnya bukan sekedar berfokus pada menghemat uang, tapi di dalamnya seperti bagaimana mengelola sumber daya yang dipunya atau uang serta mampu melakukan pola-pola konsumsi secara bijaksana.
Lebih jauh bisa melihat bahwa di dalamnya ada soal bagaimana seseorang punya kesadaran untuk mengontrol diri dan bagaimana bisa menerapkan konsep delay gratification (kepuasan tertunda). Kita menunda kesenangan jangka pendek untuk sesuatu yang sifatnya lebih punya orientasi jangka panjang.
Apakah frugal living berbeda dengan hidup irit, hemat, dan lainnya?
Frugal living itu seperti hemat, namun bukan ke arah konsep yang irit dan kemudian sama sekali tidak bisa menikmati kesenangan.
Frugal living lebih kepada bagaimana seseorang bisa mengelola uang, bagaimana bisa mengelola sumber daya yang dimiliki termasuk barang-barang. Serta, perilaku konsumsi yang dilakukan secara sadar, penuh kontrol, dan juga bijaksana.
Bijaksana yang dimaksud artinya kita mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya, seperti belanja sesuai budget untuk orientasi jangka panjang. Bukan berarti karena frugalisme seseorang hanya makan nasi sama garam.
Apa hal yang mendorong seseorang hidup dengan konsep frugal living?
Orang yang menerapkan pola hidup frugal living pasti akan mengatur budget pengeluarannya secara hati-hati. Istilahnya memonitor penghasilan untuk dialokasikan ke hal-hal penting. Seseorang mengelola secara teratur, tidak sekedar mengeluarkan uang tanpa memikirkan hal tersebut dibutuhkan atau diinginkan.
Konsepnya bisa membedakan antara yang mana yang dibutuhkan atau sekedar keinginan. Hal pertama mungkin yang mendorong orang itu, keinginan untuk bisa merasakan financial stability. Karena, ketika mengatur keuangan jadi lebih merasa aman dan tidak ada kecemasan.
Hal kedua, fokus pada hal-hal yang penting. Seseorang tidak terjebak pada sesuatu yang sifatnya materialisme, kesenangannya hanya jangka pendek. Dengan frugal living, orang menjadi fokus pada hal-hal yang penting dan sesuai sama tujuan jangka panjangnya.
Apa efek samping ketika seseorang hidup frugal?
Dari yang saya pahami, efek samping berarti faktor dampak buruknya. Barangkali belum ada efek samping, karena berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa frugal living itu memberikan manfaat.
Adapun manfaatnya yaitu well being atau kesejahteraan. Frugal living membuat orang lebih bahagia karena lebih mindful. Kita bisa semakin mindful karena sadar soal sumber daya yang dimiliki di sekitarnya, lebih bersyukur dengan apa yang dipunya tanpa harus membandingkan dengan yang lain.
Adakah keterkaitan antara frugal living ini dengan kesehatan mental seseorang?
Tentu saja ada pengaruh antara frugal living dan mental health. Hal ini berpengaruh karena dengan menerapkan frugal living, seseorang lebih sadar dan bijaksana mengelola keuangan.
Kedua dengan frugal living akan berfokus pada apa yang dimiliki saat ini. Kemudian yang ketiga orang tidak fokus kepada barang-barang materialistik, tetapi kepada experience (pengalaman).
Contohnya, kalau segalanya bisa dipenuhi dengan uang, pasti segala hal akan pakai uang. Ketika orang berpikir ada sumber daya yang bisa dimanfaatkan serta ada koneksi sosial sehingga hal-hal tersebut dapat membuat sehat mental. Riset menunjukkan bukan barang mewah yang lebih memberikan perasaan damai tapi yang membuat orang bahagia kalau ada hubungan yang bermakna dengan orang lain.
Bagaimana makna frugal living untuk diri Anda sendiri?
Menurut saya pribadi, pemahaman dasar tentang frugal living bukan sekedar mengirit uang, tapi secara keseluruhan ada pola pikir dan tanggung jawab. Frugal living penting karena dapat menolong kita untuk hidup lebih bertanggung jawab dan mengelola keuangan lebih bijaksana.
Frugal living akan mendorong seseorang untuk lebih dewasa. Mendewasa karena dapat menjadi lebih bertanggung jawab untuk mengatur keuangan. Walaupun hanya sebatas keuangan, tapi hal tersebut bisa mempengaruhi aspek kehidupan yang lain.
Frugal living melatih orang untuk disiplin dan mendukung untuk perilaku yang berkelanjutan (sustainable behavior) yang dimaksud adalah memikirkan masa depan sehingga tidak boros menggunakan sumber daya. Sumber daya apabila dipikirkan sistemis dan jangka panjang dapat berguna untuk orang lebih banyak.
Apakah ada saran yang Anda berikan kepada mahasiswa jika ingin mencoba frugal living?
Bagi mahasiswa, pengeluaran dan kebutuhan yang sifatnya finansial masih ditanggung sama orang tua walaupun terdapat beberapa mahasiswa yang mandiri secara finansial.
Pertama yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah mengetahui yang menjadi kebutuhan dengan mengatur prioritas. Kedua, menyadari sumber daya yang kita punya termasuk barang, seperti pakaian yang jarang dipakai tapi bisa dimodifikasi. Ketiga yaitu mahasiswa menginvestasikan uang yang dia punya untuk tujuan jangka panjang, semisal uangnya dipakai untuk kursus bahasa Inggris dibanding beli barang yang sudah ada dan mahal.
Diluar hal tersebut, sangat dibutuhkan kontrol regulasi. Mahasiswa perlu teguh, konsisten, disiplin untuk mengontrol dirinya. Mahasiswa seharusnya bisa menata kelola yang sifatnya kebutuhan dan keinginan. Setelah dari kebutuhan yang memiliki makna, kemudian ditujukan untuk investasi.
Informasi Narasumber:
Rizky Amalia Jamil, S.Psi., M.A
Riwayat Pendidikan:
S1 Psikologi Universitas Hasanuddin
S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada