Sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi di bidang perikanan dan kelautan, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba menjadikan profesi nelayan dan pembuat kapal tradisonal Pinisi sebagai perkerjaan yang paling diminati masyarakat setempat. Bahkan daerah ini telah tumbuh menjadi kawasan industri kapal tradisonal Pinisi terbesar di Bulukumba.
Seiring perkembangan zaman, kapal yang memiliki ukuran 400 GT atau panjangnya mencapai 50 meter tersebut, sering kali digunakan untuk mendukung kegiatan perikanan, transportasi antar pulau (barang dan penumpang), dan kapal wisata perairan. Hal inilah yang menjadikan keselamatan kapal sangat penting diperhatikan, khususnya dalam penentuan dimensi dan desain daun kemudi terhadap kemampuan olah gerak kapal.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (FT Unhas) bekerjasama dengan UD Bina Pustaka Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, melaksanakan penyuluhan dan pelatihan dalam penentuan dimensi dan desain daun kemudi kapal secara sederhana. Kegiatan yang digelar di Desa Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba ini berlangsung pada Kamis (19/9) lalu.
Ketua pengabdian, Andi Haris Muhammad ST MT PhD dalam pemaparannya menyebutkan, ke depan akan sangat efektif penentuan luasan daun kemudi kapal tradisional Pinisi, jika dapat didasarkan pada pendekatan dimensi kapal (yaitu panjang, lebar dan sarat).
“Sangat efektif penentuan luasan daun kemudi Pinisi jika telah diproduksi sebagaimana yang diterapkan pada kapal modern,” ujarnya.
Kegiatan pengabdian yang sebagian besar dihadir oleh para pengrajin kapal ini, diakhiri dengan pelatihan pengukuran langsung dimensi daun kemudi.
Citizen Reporter,
Andi Haris Muhammad ST MT PhD,
Dosen Departemen Teknik Perkapalan,
Fakultas Teknik Unhas

Discussion about this post