dr H Mukhsen Sarake MS, pria kelahiran Sengkang Kabupaten Wajo yang dikenal sebagai sosok sederhana, penuh perhatian, dan berdedikasi tinggi. Setiap langkah dalam hidupnya dipenuhi oleh cerita ketekunan dan semangat yang luar biasa, seperti dikenang oleh sang istri, Siti Komarian SE.
Sejak muda, Mukhsen bercita-cita menjadi tentara, terinspirasi oleh kekagumannya terhadap sosok tentara yang gagah dan pemberani. Dirinya juga berkeinginan melanjutkan pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Siliwangi. Namun, kendala yang dihadapi membuat impian tersebut harus pupus dan takdir malah menuntunnya ke jalan yang tak terduga. Mukhsen justru berhasil lolos sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas).
Berbeda dengan yang lain, perjalanan akademik Mukhsen dipenuhi tantangan yang berat. Ia sempat mengalami kecelakaan serius saat tingkat dua perkuliahan yang membuatnya harus menjalani serangkaian operasi akibat luka infeksi. Insiden tersebut terjadi di Camba saat Mukhsen bersama pamannya mengendarai sepeda motor dan terjatuh ke jurang.
Cobaan fisik ini membuat Mukhsen baru memperoleh gelar dokter setelah 13 tahun perkuliahan. Ia pun lalu memulai karirnya sebagai Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat pada 1989 dan melanjutkan studi magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Program Studi Antar Kependudukan tahun 1990.
Mukhsen dikenal sebagai ahli biostatistik dan rekam medis. Kecakapannya di bidang tersebut dibuktikan melalui buku yang ditulisnya berjudul “Buku Ajar Rekaman Medis.” Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat agar mampu membuat data medis pasien dengan baik.
Semasa hidupnya, kependudukan dan statistik menjadi salah satu bagian dari ilmu yang dikuasai Mukhsen. Ketua Jurusan Biostatistik Unhas 2003-2010 ini sangat suka berbicara mengenai isu peningkatan jumlah penduduk. Jika disinggung soal itu, ia akan menjelaskan secara rinci mengenai faktor-faktor penyebab, solusi, hingga peran pemerintah.
Kemahiran Mukhsen dalam menghimpun data membuatnya terlibat aktif sebagai penyuluh di beberapa agenda kesehatan, salah satunya penyuluhan HIV/AIDS di Panti Asuhan Mattiro Deceng. Ia juga pernah melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu, kebiasaan merokok anggota keluarga, dan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita.
Berdasarkan liputan Jeklang identitas Edisi Awal Juni 2010, Mukhsen banyak berbicara soal laju peningkatan penduduk tiap tahun. Menurutnya, kepadatan penduduk disebabkan oleh faktor nikah muda dan kelahiran yang rapat. Untuk menekan pertumbuhan penduduk, Mukhsen menilai perlu menggalakkan kembali program keluarga berencana agar setiap keluarga memiliki persiapan matang dalam mengatur jumlah kelahiran anaknya.
Dirinya juga sempat menyinggung tentang rendahnya kualitas hidup di Sulawesi Selatan yang dipicu karena faktor kemiskinan, yakni miskin materi dan miskin pengetahuan. “Jadi perlu perbaikan layanan kesehatan bagi masyarakat miskin tidak hanya berkedok kesehatan gratis, tapi nyata gratis secara utuh,” ungkap Mukhsen dalam liputan Jeklang identitas Edisi Awal Juni 2010.
Usai menyelesaikan program magisternya, Mukhsen sempat membuka praktik bersama teman-temannya, namun praktik tersebut harus ditutup karena beberapa alasan. Meski begitu, semangatnya untuk melayani masyarakat tidak berhenti di situ, ia kembali membuka praktik sendiri di rumah yang kini dikelola oleh sang putri.
Selama hidupnya, Mukhsen dikenal sebagai sosok yang sabar, penyayang, dan bertanggung jawab kepada keluarga. Sang istri, Komarian menggambarkan Mukhsen sebagai kepala keluarga yang royal dan tidak suka berutang. “Beliau memiliki prinsip, walaupun kita tidak makan, asal kita tidak memiliki utang,” ungkapnya, Senin (12/08).
Mukhsen juga sangat menjaga silaturahmi dengan kerabat. Dirinya sering mengunjungi sanak saudara dan dikenal sangat merakyat oleh warga sekitar. Tak ayal, ia pernah menjabat sebagai Ketua RT selama dua periode.
Komarian menceritakan, sang suami sempat berencana melanjutkan studi doktor dan keliling Indonesia, namun keinginan itu belum terwujud hingga Mukhsen menjemput ajal. Pada 6 Agustus 2021, ia meninggal dunia di usia 67 tahun setelah berjuang melawan diabetes, hipertensi, dan infeksi virus covid-19.
Rika Sartika