Bangunan fakultas berperan penting dalam menunjang aktivitas akademik, khususnya ruang kelas dan laboratorium yang menjadi tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Namun, fasilitas penunjang tersebut kadang tidak efisien lantaran jumlah mahasiswa yang semakin bertambah dan faktor-faktor lainnya.
Berdasarkan liputan identitas pada September lalu menemukan, puluhan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unhas kesulitan dalam perkuliahan akibat ruang kelas tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa dalam satu kelas.
Menanggapi hal ini, Fisip kemudian membangun gedung pada 2021. Namun, angan-angan mahasiswa Fisip memiliki gedung dengan fasilitas lengkap masih harus tertunda. Gedung yang dirancang tujuh lantai itu terpaksa mandek.
“Sangat disayangkan mandek, tujuan untuk memenuhi kurangnya kelas ini bagus tapi ternyata mandek sehingga tujuannya tidak terealisasikan,” kekecewaan diungkapkan Sulhan, Mahasiswa Ilmu Politik, Kamis (15/09).
Keluhan kapasitas ruangan ini juga dikatakan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Indah. “Mahasiswa ada 20-an lebih tapi kelasnya kecil dan kursinya cuma beberapa, membuat ada yang tidak kebagian tempat. Jadi kurang nyaman saat belajar,” keluhnya, Sabtu (17/09).
Pembangunan gedung ini dirancang dalam dua tahap pengerjaan dengan total anggaran 28 Miliar. Tahap pertama yaitu konstruksi dengan proses pengerjaan selama enam bulan dan telah selesai pada Oktober tahun lalu dengan menghabiskan dana sebesar 9 Miliar.
Pembangunan tahap kedua, direncanakan mulai pada Desember 2021 dengan proses pengerjaan selama enam bulan dengan rincian biaya 19 Miliar. Namun, kini tidak terlihat proses pembangunan, hanya kerangka kontruksi hasil dari tahap sebelumnya.
Wakil Dekan Bidang Sumberdaya dan Perencanaan Fisip 2021 lalu, Suparman mengatakan, dana yang terkumpul tidak cukup untuk melanjutkan pembangunan tahap selanjutnya. “Seandainya dana mencukupi, ini sudah selesai. Namun karena keterbatasan dana maka hanya mengerjakan sesuai kecukupan anggaran yang ada,” tuturnya Rabu, (14/09).
Saat ditanyakan lebih lanjut, Suparman mengatakan kalau dana tersebut memang sejak awal belum terkumpul keseluruhan. “Memang dana 28 Miliar itu belum terkumpul sejak awal,” jelasnya.
Terdengar nekad, namun pembangunan tahap pertama ini direncanakan untuk menarik sumbangsi dari Pemerintah Provinsi, alumni, serta pihak manapun yang terdorong menjadi donatur atau melakukan kerjasama.
“Sebenarnya memang ini agak bagaimana yah, bukan juga nekad tapi kita hal ini sebagai penanda bahwa Fisip membangun dan membutuhkan gedung, sembari mengumpulkan dana pengembangan fakultas dan sumbangsi,” ujarnya terbatah-batah.
Selain itu, Pemerintah Provinsi pun menjanjikan bantuan sebesar 5 Miliar sejak 2021. Namun, hingga sekarang belum ada kabar pencairan dana tersebut. Sumbangsih yang diharapkan tak kunjung datang, pembangunan pun terhenti.
Tidak berbeda dengan Fakultas Farmasi, gedung dengan tujuh lantai yang mulai dibangun sejak 2016 lalu hingga sekarang tak kunjung rampung. Enam tahun lalu Fakultas Farmasi menyelesaikan tahap konstruksi bangunan, dilanjutkan dengan pembangunan dinding pada lantai 4 dan 5 saja, hal ini dilakukan karena keterbatasan dana yang dimiliki.
Wakil Dekan Bidang Sumberdaya dan Perencanaan Fakultas Farmasi 2016, Prof Dr rer nat Marianti A. Manggau Apt mengungkapkan, Fakultas Farmasi kekurangan dana pengembangan fakultas.
“Tidak dilanjutkan karena belum cukup dana pengembangan fakultas saat itu,” dalihnya, Jumat (16/9).
Hingga saat ini belum ada kejelasan tanda-tanda akan dilanjutkan kembali gedung itu. Lumut telah menyelimuti kerangka gedung tersebut. Hingga pada 2020 terdengar hirup kabar kelanjutan pembangunan datang ditahun selanjutnya.
Pada 2021 lalu, pembangunan kembali dilakukan namun hanya terkhusus lantai tiga. Sekarang pembangunan ini tak kunjung selesai, lantai satu dan dua belum terjamah dan masih berbentuk konstruksi.
Dua lantai yang mandek ini, direncanakan memiliki fasilitas Aula, Laboratorium Mikro, Farmasetika dan Audiotorim dan ruangan lainnya yang akan menunjang aktivitas akademik.
Sekarang dua laboratorium itu berada di lantai 4 gedung Fakultas MIPA, membuat mahasiswa Fakultas Farmasi harus bolak-balik. “Ada dua lab yang masih di MIPA dan itu lumayan jauh, jadi agak melelahkan,” ujar salah satu Mahasiswa Farmasi angkatan 2019, Sabtu (17/9).
Sampai sekarang Fakultas Farmasi juga belum memiliki Aula, membuat fakultas ini selalu menyewa tempat jika ada kegiatan yang membutuhkan ruangan luas.
“Nantinya akan aula di sana (gedung baru), jadi kalau ada acara yang besar seperti kegiatan sumpah apoteker, tidak lagi menyewa kiri-kanan. Jadi enak tidak makan biaya lagi,” jelas Kepala Bagian Perlengkapan dan Keuangan Fakultas Farmasi, Muhammad Nasir S Sos.
Sudah terhitung enam tahun dari awal dimulainya pembangunan, alasan tidak terselesai hingga kini masih berputar pada kekurangan dana “Permasalahannya yah anggaran belum mencukupi hingga tidak ada rencana waktu dekat-dekat ini, mungkin di tahun 2023 akan dilanjutkan,” ungkap Nasir, Jumat (9/9).
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Keuangan, Prof Subehan SSi MPharmSc PhD Apt mengatakan, upaya untuk mengatasi kapasitas berlebihan dengan menggunakan ruangan bersama.
“Misalnya terjadi kapasitas berlebihan di suatu fakultas, kemudian banyak ruangan yang kosong juga tidak terpakai di fakultas dekatnya, sehingga ruangan kosong ini dapat digunakan, jadi ruangan kosong benar-benar dimanfaatkan,” jelas Subehan, Kamis (10/11).
Ia menambahkan, gedung yang mandek akan terus diupayakan pencairan dananya, baik dari alumni, APBN pemerintah, atau kerja sama lainnya.
“Unhas tetap berusaha untuk mencarikan dana untuk pembangunan,” tegasnya.
Menilik dari sisi Ilmu Sipil, pembangunan mandek akan berdampak pada periode waktu pemanfaatan sesuai fungsinya, “Umur ekonomis konstruksi bangunan mandek biasanya itu 2-3 tahun,” tutur Dosen Teknik Sipil Unhas, Dr Eng Fakhruddin ST.
Semakin lama gedung mandek pada tahap konstruksi, akan mempengaruhi umur ekonomis dari struktur bangunan tersebut, dan lumut yang muncul akan menambah biaya untuk proses menghilangkannya.
Iya