Tahun ini Unhas kembali mendelegasikan beberapa tim pada PIMNas 33 yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa-Minggu (24-29/11). Dalam pelaksanaanya, Unhas berhasil masuk dalam posisi lima besar setelah memperoleh sembilan medali dan satu kategori favorit. Adapun rinciannya, yakni dua medali emas dan dua perunggu di penilaian presentasi, dua medali emas, satu perak dan dua perunggu dalam penilaian poster, serta satu kategori favorit.
Salah satu tim yang berhasil meraih medali emas adalah Pen-core Biopsy. Di bawah bimbingan Dr Prihantono Sp B-K Onk, kelompok yang terdiri atas Ilma Rasyidah Budi Taufiq (Pendidikan Dokter, 2018), Muhammad Yusuf (Teknik Mesin, 2018) dan Zaenal Abidin (Statistika, 2019) membuat sebuah alat Biopsi Kinetik dalam upaya meminimalkan luka pra-operasi pengangkatan jaringan tumor untuk penegakan diagnosis.
Ilma menjelaskan, alat yang mereka buat merupakan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada sebelumnya. Namun, alat sebelumnya masih terkendala dalam pengoperasiannya. “Alat yang sudah ada sebelumnya itu pengoperasiannya masih menggunakan dua tangan, harganya juga sangat mahal serta alatnya besar dan belum dipasarkan di Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Ilma, keterbatasan tersebut membuat tenaga medis akan terkendala dalam melakukan diagnosis dini sehingga akhirnya prognosisnya buruk.
Lebih lanjut, dalam pelaksanaannya, Ilma mendapatkan kendala pada saat membuat prototipe. “Saat itu, pembuatan prototipe dialihkan menjadi video animasi 3D, tetapi semuanya bisa disesuaikan,” lanjutnya saat diwawancarai via WhatsApp.
Berbeda dengan Pen-core Biopsy, tim PKM-K Unhas yang diketuai oleh Husna Quila Qariska (Agribisnis) berhasil memyabet medali perunggu. Beranggotakan Muhammad Arwinsyah (Agribisnis), Farhan Zulfadly (Farmasi) dan Rahbiani (Agroteknologi), tim ini membuat sebuah inovasi pemanfaatan tanaman beracun Jarak Merah (Jatropha Gossypifolia L.) sebagai solusi kekinian untuk menghilangkan sariawan.
Menurut Arwinsyah, jarak merah kerap kali dianggap tanaman liar sehingga masih tidak dihiraukan keberadaannya. Padahal, tanaman satu ini memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan seperti mampu mengobati sariawan dan sakit gigi.
Mahasiswa Agribisnis ini mengaku tidak mendapatkan kendala yang berarti selama mengikuti PIMNas 33 ini. “Malahan dukungan dari fakultas dan universitas sangat banyak, itulah kenapa kami mati-matian menampilkan yang terbaik karena ingin membanggakan Unhas,” lanjutnya.
Meski di tengah pandemi, Arwinsyah tetap menjaga komunikasi dengan para anggota timnya untuk persiapan PIMNas tahun ini. Salah satu langkah yang mereka ambil adalah memanfaatkan teknologi yang ada. “Dalam berkomunikasi, kami biasanya memanfaatkan Zoom Meeting, Whatsapp dan tak jarang bertemu langsung demi memaksimalkan penampilan mereka di PIMNas,”pungkasnya.
M202