Kabar duka kembali menyelimuti civitas akademika Unhas atas berpulangnya salah satu Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Prof Dr Supriadi Hamdat MA. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 26 Agustus lalu.
Pria kelahiran Campagaya, 2 Februari 1964 itu, dulunya aktif mengajar beragam mata kuliah pada prodi Antropologi dengan fokus studi pada minat kajian antropologi ekonomi dan komunitas adat terpencil.
Dilansir dari website identitas Edisi April 2022, ia sempat mencalonkan diri sebagai Dekan Fisip Unhas periode 2022-2026 melawan dekan terpilih Dr Phil Sukri MSi. Sebagai bakal calon nomor dua, Prof Supriadi menekankan program kerjanya pada peningkatan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, penguatan reputasi, dan tata kelola prima.
Prof Supriadi menyelesaikan studi jenjang sarjana di Unhas tahun 1988. Kemudian pada 1995, ia berhasil meraih gelar magister di Universitas Indonesia (UI), lalu kembali menyelesaikan studi jenjang doktor di Kampus Merah pada 2008.
Ketua Departemen Antropologi saat ini, Dr Yahya MA, sebagai salah satu kerabat menyebutkan, Supriadi merupakan adik tingkatnya semasa menempuh pendidikan sarjana, kemudian bertemu kembali ketika S2 di UI, lalu mengajar bersama di Unhas.
“Ia menjadi salah satu guru besar termuda, terangkat sekitar usia 40-an,” tuturnya.
Yahya menilai, Prof Supriadi memiliki gaya berkomunikasi yang khas terkesan tegas, namun aslinya senang bercanda. Kepribadian inilah yang membuatnya sering kali terlihat dekat dengan para dosen dan mahasiswa.
“Gaya bicaranya cendrung tidak berterus terang atau nada bercanda, itu menjadi ciri khasnya. Namun, kalau sama mahasiswa dia keliatan tegas. Dia punya impression management yang mengesankan,” kenangnya.
Tak hanya itu, ia juga senang bermain catur dan sangat menyukai makan. Yahya mengungkapkan, Prof Supriadi kiranya harus preventif dalam mengatur asupan makannya, karena ia memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM) genetik.
“Ia sangat senang membayarkan orang makan, hobinya memang wisata kuliner. Padahal ia punya riwayat penyakit DM, dan itu diperparah karena ia juga sering mengkonsumsi makanan gurih dan manis-manis,” jelas Yahya.
Supriadi merupakan sosok yang berdedikasi tinggi, dilihat dari sepak terjangnya selama di Unhas, ia pernah menjadi Ketua Departemen Antropologi Unhas periode 2016-2021. Kemudian pada 2018 lalu, ia juga pernah mencalonkan diri sebagai salah satu anggota Majelis Wali Amanah (MWA) dari kalangan dosen.
Ia juga merupakan staf ahli di Departemen Sosial dalam pengkajian masyarakat adat, dan sempat menjadi Wakil Dekan Fisip pada tiga periode lalu.
Di samping gemilang karirnya sebagai pejabat dan orang berpengaruh di Unhas, Prof Supriadi juga menekuni dunia menulis. Salah satu karyanya yang bertaraf internasional adalah ‘Balia: Ethnography of The Traditional Medicine System of The Kaili People of The Palu Valley’. Tulisan ini mengkaji Upacara Adat Balia, membahas wujud nyata dari kepercayaan spiritual yang telah lama dianut oleh orang Kaili.
Selain itu, masih banyak lagi karya yang membuktikan semangat keilmuan dari Prof Supriadi. Segala bentuk penelitian dan kepenulisan ia dedikasikan sepenuhnya kepada masyarakat dan khayalak umum. Kontribusinya terhadap Kampus Merah begitu besar, karya dan jasanya abadi bagi civitas akademika Unhas.
Nur Muthmainnah