Departemen Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Meteorologi Maritim dan Penerbangan.” Kegiatan dilangsungkan di Ruang Seminar Geofisika, Kamis (14/03).
Kegiatan ini menghadirkan Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia, Capt Ruli Wijaya bersama rekannya Pilot Garuda Indonesia, Capt Anugrah Priatama Lagosa sebagai pembicara yang membawakan materi berjudul “Meteorologi dan Operasional Penerbangan.”
Pada kesempatannya, Ruli menjelaskan terkait peranan bidang meteorologi yang sangat penting dalam dunia penerbangan.
“Perhatian yang besar terhadap meteorologi sangat dibutuhkan dalam penerbangan. Setiap sebelum terbang, kami perlu mengetahui informasi terkait kondisi cuaca yang akan dialami selama penerbangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ruli mengulas beberapa fenomena pengaruh meteorologi terhadap penerbangan. Salah satunya yaitu turbulensi yang kerap dialami oleh pesawat.
“Turbulensi adalah kondisi ketidakstabilan atau adanya gangguan dalam aliran udara di sekitar pesawat yang dapat terjadi karena faktor tekanan udara, arah angin, dan kecepatan angin,” tuturnya. Ruli menambahkan, terdapat beberapa tipe turbulensi, yaitu turbulensi konvektif, turbulensi orografis, clear air turbulence, dan wake turbulence.
Sejalan dengan hal ini, Anugrah menjelaskan bahwa pesawat udara dilengkapi dengan radar cuaca yang memungkinkan pilot untuk menghindari area turbulensi dan mengantisipasi gangguan lain selama penerbangan.
“Saat pesawat mendapati area turbulensi, maka ada prosedur yang perlu dilakukan. Salah satunya dengan membuat PIREP atau laporan yang diberikan oleh pilot kepada pusat informasi penerbangan,” tuturnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan peringatan agar penerbang lain tidak melewati titik area turbulensi tersebut.
Anugrah juga menjelaskan, gangguan penerbangan lain yang mungkin terjadi adalah petir dan kilat. Meskipun pesawat telah dilengkapi dengan sistem perlindungan petir, tetapi kerusakan atau gangguan pada pesawat masih dapat terjadi jika sambaran petir cukup kuat.
Ni Made Dwi Jayanti