Sebagai penerus bangsa, penting bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sayangnya, tidak semua anak beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai. Sebagian dari mereka terpaksa mengesampingkan kewajiban pendidikan dan memilih untuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Tak sedikit pula yang berhenti atau putus sekolah.
Persoalan pendidikan bagi anak-anak ini menjadi salah satu keresahan yang dirasakan Naila Azzahra, pendiri Komunitas Growmates. Sebagai seorang perantau yang berasal dari Yogyakarta. Mahasiswa semester empat Psikologi Unhas itu merasa berempati melihat banyak anak-anak di Makassar yang sudah bekerja dan bukan menempuh pendidikan. Padahal, pendidikan sangat penting untuk masa depan mereka.
Growmates adalah komunitas yang bergerak di bidang Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya di nomor empat mengenai pendidikan berkualitas. Tidak hanya itu, Growmates juga menyoroti terkait budaya patriarki yang masih mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, Growmates juga bergerak dalam SDGs nomor lima mengenai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Oleh karenanya, Growmates dipimpin oleh seorang perempuan untuk mematahkan stigma dan membuktikan bahwa perempuan juga berdaya untuk menjadi pemimpin.
Berdiri sejak Oktober 2023, Growmates telah menjalankan berbagai program yang bertujuan untuk membuat pendidikan anak-anak terpenuhi. Selain itu, komunitas ini juga memberikan edukasi pemberdayaan perempuan. Komunitas ini biasanya berkegiatan di Kampung Terapung, pelabuhan Paotere, Makassar.
Salah satu programnya bernama Schoolaship. Program ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar anak-anak. Meskipun kebanyakan dari mereka telah putus sekolah, mereka tetap menunjukkan antusias dan kemauan besar untuk belajar.
Layaknya sekolah pada umumnya, Schoolaship memfasilitasi anak-anak untuk belajar membaca, menulis, dan bercerita. Meskipun sasaran utamanya adalah anak-anak seusia sekolah dasar, kegiatan ini juga tetap menerima anak-anak dengan usia yang sedikit lebih tua, asal memiliki kemauan untuk belajar.
“Untuk proses belajar di sana (Schoolaship), kami tidak mematok dengan menggunakan usia. Kami menggunakan patokan sesuai dengan kemampuan mereka. Jadi, dalam satu kelas dapat diisi anak dengan usia berbeda,” jelas Naila.
Program lain yang dilakukan oleh Growmates adalah Grow to Give, kegiatan rutin yang dilakukan komunitas untuk berbagi. Pada waktu tertentu, anggota Growmates akan bermain bersama anak-anak yatim di Panti Asuhan atau anak-anak penderita Kanker. Untuk menjalankan program ini, komunitas bermitra dengan Panti Asuhan At-Tin di Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia Makassar.
Program Growmates juga dapat berjalan lancar dengan adanya dukungan dan bantuan dari para donatur. Untuk mencari lebih banyak dana, Growmates juga membuka donasi untuk menyediakan ruang berbagi melalui bazaar pada kegiatan-kegiatan di kampus.
Growmates menyediakan paket buku atau alat tulis untuk dijual. Jika ada yang membeli paket tertentu, maka mereka sebenarnya telah berdonasi. Dalam hal ini, komunitas Growmates menjadi perantara aksi berbagi tersebut.
Selama hampir setahun berdiri, komunitas ini telah memberikan perubahan yang positif pada masyarakat. Pada awal berproses, Growmates hanya menargetkan sekitar 15 anak untuk difasilitasi belajar dalam program Schoolaship. Namun, saat program dilaksanakan, peserta yang hadir bahkan melebihi 50 anak.
Masyarakat di Kampung Terapung menanggapi dengan positif hadirnya komunitas ini. Orang tua dari anak-anak yang diajar juga menunjukkan antusias serupa dengan mengarahkan anak-anak mereka untuk mengikuti instruksi dengan baik. Masyarakat setempat juga turut berkontribusi dengan meminjamkan tempat yang bisa digunakan berkegiatan.
Membersamai komunitas yang menjadi tempat untuk menyalurkan kebaikan dan membagikan kebahagiaan di luar sana menjadi hal yang berkesan bagi Naila. Namun, komunitas yang usianya belum menginjak setahun ini terkadang masih kesulitan dari segi pengelolaan finansial.
Selain itu, pengurus komunitas yang semuanya berasal dari jurusan yang sama, Psikologi Unhas, memberikan tantangan tersendiri karena kesulitan mereka untuk mengatur waktu dan jadwal yang sama-sama sibuk.
Untuk saat ini, Growmates belum membuka pendaftaran kepengurusan. Namun, ke depannya komunitas ini hendak mengadakan program volunteer yang dapat diikuti oleh siapa saja.
“Untuk ke depannya, kita akan mengadakan kegiatan open volunteer yang melibatkan teman-teman dari luar Growmates untuk bergabung bersama kami. Kegiatan ini dapat diikuti oleh siapa saja,” jelasnya.
Naila menyampaikan harapannya agar komunitas Growmates dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Tidak hanya bagi anak-anak di wilayah Kampung Terapung, namun juga menyebar ke kawasan tertinggal lainnya yang ada di Makassar.
“Semoga bisa lebih bermanfaat lagi bagi sesama. Untuk teman-teman di Growmates juga agar lebih semangat dan mampu berproses bersama,” pungkasnya.
Ni Made Dwi Jayanti