Guru Besar Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Ir Dorothea Agnes Rampisela MSc, hadir dalam Diskusi Publik yang diinisiasi oleh Departemen Ilmu Politik (DIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, bekerja sama dengan WikiPangan. Acara ini berlangsung di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP Unhas, Selasa (23/09).
Dalam agenda bertajuk “Menakar Peran Negara dalam Menjamin Ketersediaan Pangan Lokal di Masyarakat” ini, Prof Agnes membahas urgensi sagu sebagai identitas bangsa Indonesia. Ia menekankan bahwa sagu kini mulai diperhitungkan sebagai bahan pangan penting.
“Sagu itu lambang orang Indonesia, karena memang sagu satu-satunya tanaman pangan asli Indonesia. Saat ini bahkan sudah menjadi hiburan kuliner. Saya sangat terkejut karena kapurung yang berbahan dasar sagu sudah ada di menu hotel, dan ini akan menjadi tren. Sagu adalah makanan kesehatan,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Agnes juga menjelaskan berbagai keunggulan dan inovasi terkait sagu, baik dari aspek gizi, kesehatan, ekonomi, hingga ekologi dan lingkungan. Menurutnya, sagu juga berperan menjaga keberlanjutan ekologi hutan karena tetap mampu tumbuh meskipun sudah dipanen.
Selain itu, ia menyoroti kebijakan pemerintah yang masih masif mengalihfungsikan lahan sagu ke komoditas lain. Menurutnya, hal ini berpotensi mengancam keberlangsungan sagu.
“Yang kami khawatirkan, konversi lahan sagu ke tanaman lain sangat masif. Perlu ada kebijakan pemerintah agar sagu dapat diangkat sebagai komoditas strategis lokal, karena di tingkat nasional sudah ditetapkan demikian,” lanjutnya.
Lebih jauh, Prof Agnes menekankan pentingnya pemerataan pendidikan di bidang pertanian yang tidak hanya berpusat di Pulau Jawa, melainkan harus menyesuaikan dengan kondisi dan medan di berbagai wilayah Indonesia.
Hidayat Mahdi Pahany
