Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyelenggarakan seminar bertajuk Wakaf Goes To Campus yang mengangkat tema “Wakaf Sebagai Akselerator Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Prof Baharuddin Lopa, Fakultas Hukum (FH) Unhas, Selasa (16/12).
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas, Prof Abdul Hamid Habbe M Si hadir sebagai salah satu narasumber. Dalam pemaparannya, ia menyebutkan bahwa wakaf memiliki potensi besar untuk berperan strategis dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya di lingkungan perguruan tinggi.
Abdul mengajak peserta tidak berhenti pada tataran pemahaman, tetapi mendorong keterlibatan aktif civitas akademika dalam pengembangan wakaf produktif.
“Ini adalah acara yang menurut saya sangat bagus untuk kita tindak lanjuti, tidak hanya sampai pada pemahaman, tetapi bagaimana civitas akademika mengambil peran,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dosen FEB itu menjelaskan bahwa wakaf berbeda dengan zakat, baik dari sisi mekanisme maupun dampaknya. Wakaf tidak mengenal batas nisab dan haul, serta memiliki fleksibilitas dalam penyaluran manfaat yang dapat menjangkau berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa prinsip utama wakaf adalah menjaga keutuhan harta pokok, sementara manfaatnya terus mengalir bagi masyarakat.
“Wakaf itu menahan pokok hartanya, sementara manfaatnya disedekahkan untuk kepentingan umat. Ini bukan sekadar memberi, tapi membangun,” tegasnya.
Ia menilai wakaf sangat ideal diterapkan karena melibatkan partisipasi luas mahasiswa dan dosen. Menurutnya, pengembangan wakaf produktif di perguruan tinggi dapat menjadi solusi pendanaan berkelanjutan, termasuk untuk beasiswa, riset, dan penguatan infrastruktur akademik.
Nadiratun Aliyah
