Prof Dr dr Aidah Juliaty A Baso SpA(K) SpGK resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Rabu (22/01). Dalam pidato pengukuhannya yang berlangsung di Ruang Senat lantai 2 Gedung Rektorat Unhas, ia menyoroti isu stunting menuju Indonesia Emas 2045.
Stunting merupakan kondisi perawakan pendek berdasarkan tinggi dan panjang badan menurut umur dibawah minus dua standar deviasi World Health Organisation (WHO). Anak stunting berisiko tinggi terhadap penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
“Tidak semua pendek adalah stunting karena banyak penyakit genetik itu pendek juga, tapi bukan stunting,” jelas Aidah dalam pidatonya.
Tidak adanya intervensi stunting berdampak pada perkembangan otak, kognitif dan prestasi sekolah. Pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), kebutuhan nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi harus dipenuhi. Aidah menawarkan empat rekomendasi pencegahan stunting.
Pertama, pelayanan antenatal yang optimal. Menurut Aidah, perhatian juga harus diberikan kepada ibu, karena ibu adalah orang yang baru saja melahirkan anaknya.
“Seorang Ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan antenatal yang baik agar jika ada kelainan, bisa segera terdeteksi,” tutur Spesialis Anak itu.
Kedua, perlunya penguatan pada pelayanan posyandu yang saat ini mengalami penurunan kunjungan. Ketiga, pentingnya penekanan alur rujukan dari Posyandu hingga ke Rumah Sakit.
“Sistem rujukan seperti ini memang harus ada, dan semua pihak yang terlibat harus berkomitmen. Tanpa komitmen, hal ini akan sulit dilakukan,” jelas Guru Besar ke-547 itu.
Terakhir, ia menyebut perlunya kerja sama antara lembaga pemerintah terkait. Namun, Aidah menilai langkah pemerintah pemberian makanan tambahan (PMT) bukanlah langkah yang tepat mengatasi stunting.
“Perhatian pemerintah sudah bagus, kalau kita lihat PMT itu ada anak-anak suka, ada juga tidak suka. Jadi sasarannya tidak terlalu tepat menurut saya,” pungkasnya.
Ismail Basri