Guru Besar University of Tsukuba, Prof Hiraishi Noriko PhD menjadi pembicara di International Conference on Japanese Studies, Language, and Education (ICJSLE) ke-7 yang digelar Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas). Kegiatan ini berlangsung di Innovative Room B Hotel Unhas, Sabtu (09/08).
Dalam kesempatannya, Noriko membahas salah satu karya Yoshida Shuichi berjudul Kokubo yang terbit pada 2018 namun belum memiliki terjemahan manual. Ia menyoroti bahwa novel tersebut dapat diterjemahkan menggunakan kecerdasan buatan seperti ChatGPT.
“Mahasiswa sebelumnya harus berjam-jam mempelajari kata baru, namun sekarang dengan AI, semua teks bisa diterjemahkan dengan cepat,” tambahnya.
Peneliti literatur komparatif itu juga mengungkapkan bahwa teknologi kecerdasan buatan di bidang terjemahan terus berkembang. Hal ini membuat banyak esai mahasiswa terlihat lebih baik daripada kemampuan menulis asli mereka. Meski begitu, ia menegaskan pentingnya literasi dalam mempelajari bahasa baru.
“Literasi tetaplah penting dalam mempelajari bahasa karena dapat memberikan perspektif untuk memahami budaya sebuah bahasa, dibandingkan menggunakan kecerdasan buatan untuk menerjemahkan secara langsung,” ucapnya.
Noriko turut memaparkan beberapa karya lain, seperti tulisan Murakami, yang merupakan hasil penerjemahan peneliti bahasa. Menurutnya, setiap terjemahan memiliki nuansa berbeda karena mempertimbangkan aspek budaya.
Lulusan University of Tokyo itu menutup orasinya dengan menekankan bahwa penggunaan kecerdasan buatan harus dibarengi pemahaman budaya dan pemikiran kritis. Ia menilai, mempelajari budaya asing secara langsung dapat membantu melestarikannya.
“Kombinasi penggunaan kecerdasan buatan dan keterlibatan langsung dalam mempelajari budaya asing tidak hanya membantu kita berpikir kritis, tetapi juga memiliki empati budaya,” pungkasnya.
Rizqiyah Awaliyah
