Salah seorang wisudawan Pascasarjana menerima SMS dari nomor baru yang mengatasnamakan Ketua Pprogram Study Perencanaan Pengembangan Wilyahah Sekolah Pascasarjan Unhas, Prof Munir.
Wisudawan itu menerima SMS pada sore hari, Rabu (3/12), dalam isi pesan itu, ia diminta untuk menghubungi Direktur Sekolah Pascasarjana karena terpilih untuk ikut dalam sebuah acara di Bali.
“Ass, Sy Prof Munir (KPS PPW SPs Unhas) Yth,XXXXX, Di Minta Tlpn Skrng Bpk Prof. Dr.Muhammad Ali,M.S(Dekan SPs Unhas).085289399691. Anda Terpilih Dan Di Tunjuk Hadir Bersama Beliau Sbg Peserta Dlm Acara Rakernas Peningkatan Mutu dan kinerja Lulusan Unhas Dari Kemenristek Pada Tgl 13 dan 14 Jan 2018 di Htl Nusa Dua Bali, Undangan Akan Di Kirim Via Email, Tks.”
Begitulah pesan yang diterima wisudawan tersebut. Selain itu, pesan dengan konten yang sama juga diterima oleh tujuh teman angkatan wisudanya.
“Hampir semua teman yang wisuda periode Desember di telepon dan sms. Sepertinya penipu memanfaatkan CD alumni untuk melakukan penipuan,” katanya saat dihubungi via Whatsapp.
Hal sama juga pernah dialami wisudawan Strata 1 Fisip Unhas, Ainun Sakinah Durhan.
“Slmt Siang, Sy Bpk Dr.Rahmat Muhammad (WD 3 Fisip unhas) Yth,AINUN SAKINAH DURHAN, Di Minta Tlpn Skrng Bpk Prof.Dr.Andi.Alimuddin Unde,Msi (Dekan Fisip Unhas). 085289371365.Anda Di Tunjuk Hadir Bersama Beliau Sbg Peserta Dlm Acara Rakernas Peningkatan Mutu dan Kinerja Lulusan Unhas Dari Kemenristek Pada Tgl 6 dan 7 Januari 2018 di Htl Nusa Dua Bali, Undangan Akan Di Kirim Via Email, Tks.”
Berbeda dengan wisudawan pascasarjana, walaupun ada rasa curiga, Ainun mengikuti arahan ‘penipu’ dengan menghubungi Dekan Fisip.
“Kudengar suaranya deh takutkaa, suaranya betul pak dekan. ndak terhipnotis cuman meyakinkan karena dia tau semua dataku,” kata Ainun saat dihubungi via Line.
Walaupun demikian, Ainun pun ingin memastikan hal itu. Ia meminta kepada seorang teman yang sedang berada di kampus untuk mengecek dekan di ruangannya.
Saat dikonfirmasi, Direktur Pascasarjana Unhas Prof Dr Muhammad Ali MS, mengatakan isi SMS itu tidaklah benar.
“Itu tidak benar, itu memang modus lama, pemeran baru atau pemeran lama. Setiap saat ada kejadian seperti ini,” katanya.
Lebih lanjut, ia menceritakan soal seringnya terjadi kasus seperti ini kala masih menjabat dekan.
“Ada pernah dulu alumni S3 ekonomi datang di kantor, nah begitu juga masalahnya, katanya saya meminta beliau untuk mendampingi dalam suatu pertemuan. Saya bilang begini pak,apa alasannya bapak kira-kira saya minta untuk mendampingi saya? Jangan percaya itu penipuan. Misal, kalau 1000 orang yang dikirimkan sms itu, satu orang saja yang terperangkap itu mereka sudah untung,” kisah Ali.
Ia pun mengungkapkan, penipuan seperti itu dapat terjadi karena pelaku mengetahui data korban. “Kan, ada data di repositori dengan mudah di situ dia baku telepon, dengan mudah dia bisa tau nomor alumni, kan di buku wisuda ada nomor teleponnya,” ujarnya.
Hal yang dapat dilakukan kampus, lanjut Ali, yakni memperbanyak sosialisasi. Ia mengharapkan semua pihak terutama tenaga pengajar agar memperingatkan ke semua sivitas akademika untuk berhati-hati modus penipuan seperti ini. Menurutnya, korban juga harus mengevaluasi diri, pantaskah mendapat hal demikian seperti yang tertera dalam pesan itu.
Sebelumnya, di tahun 2015 lalu, penipuan seperti ini pernah ‘memakan’ korban. Ialah mahasiswa Fakultas Hukum, Nurul Fauziah Ridwan. Kala itu, pagi hari ia mendapat SMS, lalu telepon dari kontak baru.
Ia pun menghubungi kembali kontak itu. Malangnya, ia tak curiga sama sekali dan menuruti semua perintah pelaku. Nurul bergegas menuju Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk mengecek saldo rekening. Namun, bukannya mengecek biaya transportasi yang dijanjikan pelaku, ia malah mengirimkan uang sejumlah Rp 1,5 juta.
“Karena dia menyebut angkanya per digit, satu lima nol nol nol nol nol, dan saya tidak sadar kalau itu senilai satu juta lima ratus,” tuturnya, Senin (31/8/2015).
Pada tahun yang sama, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Muti Syahidah juga sempat mengirimkan uang Rp 2 juta yang katanya biaya untuk mengikuti seminar nasional. Dalam pesan itu, pelaku mengatasnamakan dirinya sebagai Wakil Dekan III FIB Unhas.
“Saya sadar saat pulang ke rumah kemudian saya cari tahu tentang seminar itu di internet, yang muncul hanya hati-hati penipuan,” ucapnya, Jumat (28/8/2015).
Reporter: Sri Hadriana