Konsep urban farming telah menjadi solusi atas minimnya lahan pertanian di perkotaan. Praktik ini hanya membutuhkan sebagian kecil ruang di wilayah pemukiman. Salah satu bentuk dari praktik ini adalah metode hidroponik. Hidroponik merupakan teknik budidaya yang memanfaatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk cair untuk diberikan dengan disiramkan atau dialirkan. Pertanian berbasis hidroponik saat ini sudah mengenal smart hidroponik.
Hal ini merupakan terobosan baru dalam kegiatan urban farming. Metode ini diterapkan dengan sistem otomatis pada aliran air yang disalurkan pada tumbuhan yang ditanami pada media hidroponik. Hadirnya terobosan ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang khawatir akan rumitnya pemeliharaan hidroponik pada umumnya.
Melihat potensi smart hidroponik untuk dikembangkan, tim dosen dan mahasiswa dari Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) yang diketuai Prof Dr Ir Ilyas Renreng MT melakukan penelitian sekaligus pengabdian kepada masyarakat melalui edukasi penggunaan smart hidroponik bertenaga surya.
Tren kenaikan jumlah penduduk terutama di wilayah kota membuat penelitian ini menjadi penting. Penelitian ini sekaligus menjadi jawaban atas pelbagai pertanyaan terkait aktivitas berkebun di wilayah yang relatif terbatas dengan mudah dan murah.
Kegiatan tersebut telah dijalankan sejak tahun 2021, ketika dunia dilanda pandemi Covid-19. Pengabdian tersebut telah tertuang dalam jurnal berjudul “Smart Hidroponik Berbasis Energi Surya untuk Urban Farming di Kabupaten Gowa”.
Hidroponik ini menggunakan sistem Deep Flow Technique (DFT). DFT merupakan jenis berkebun hidroponik di mana tanaman ditanam di tempat air dangkal. Air tersebut tersirkulasi karena adanya dorongan dari pompa. Dalam air telah terkandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman yang berasal dari pupuk khusus tanaman hidroponik. Nutrisi ini nantinya akan terus mengalir di sekitar tanaman.
Salah satu kelebihan dari sistem DFT ialah jika terjadi pemadaman listrik atau baterai aki melemah, air yang mengaliri akar tanaman hidroponik tidak akan habis. Hal ini berbeda dengan Nutrient Film Technique (NFT), di mana nutrisi mengalir dalam lapisan tipis (film) dengan tingkat lebih rendah daripada metode DFT.
“Dibandingkan dengan NFT (Nutrient Film Technique), di mana pipa aliran airnya miring, akan mudah kehabisan air jika baterai aki melemah atau listrik padam sehingga tanaman hidroponik akan mati dengan mudah,” ujar Dr Muhammad Syahid ST MT, salah satu anggota tim pengabdian masyarakat ini, Jumat (08/09).
Komponen yang digunakan dalam pengembangan hidroponik ini terdiri atas panel surya, pipa air, mikrokontroller, baterai aki, selang, lampu LED strip, LCD, sensor kadar pH air, sensor aliran air, real time clock, keypad matrix membrane, modul relay 4 channel, modul SSR relay 2 channel, grow light, pompa diafragma, pompa 100 psi, pompa celup, plastik PVC, selang, serta inverter.
Smart hidroponik bekerja melalui mekanisme pompa air dan tenaga listrik solar. Air yang dipompa akan mengalir ke pipa-pipa hidroponik yang telah ditanami tumbuh-tumbuhan. Adapun kontrol hidroponik terletak pada baterai aki dan mikrokontroler.
Mikrokontroler berfungsi sebagai pengendali aliran listrik yang dihantarkan ke baterai aki dari panel surya. Jika baterai aki penuh, maka aliran listrik akan bertolak sehingga baterai aki tidak rusak.
Melalui penerapan energi terbarukan, smart hidroponik ini dapat menghemat anggaran pemeliharaan dibanding menggunakan hidroponik bertenaga listrik pada umumnya. Selain itu, biaya perakitannya pun tidak terlalu mahal. Syahid mengungkapkan, untuk merakit sistem hidroponik secara mandiri di rumah dibutuhkan biaya sekitar lima hingga tujuh juta rupiah.
Smart hidroponik dapat ditempatkan di teras atau pun di atas atap rumah. “Penempatannya harus berada di ruang terbuka namun dengan pencahayaan matahari yang tidak berlebih,” jelas Syahid.
Berbagai sayuran telah ditanam pada smart hidroponik yang berada di depan gedung sebagai percontohan. Antara lain sawi, kangkung, anggur, dan seledri.
Penelitian ini turut melibatkan sivitas akademika Unhas yang ingin belajar berkebun secara hidroponik serta melibatkan para siswa dari Sekolah Alam Le Cendekia Boarding School, Gowa. Saat ini, sasaran pengabdian diketahui telah meluas hingga ke Kabupaten Maros.
Syahid bersama Ilyas mewakili tim pengabdian masyarakat berharap, melalui hidroponik ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berkebun. Walaupun hanya memanfaatkan ruangan terbuka di rumah dan juga mendapatkan hasil lebih alami dan lebih sehat bagi semua usia.
Muhammad Nur Ilham