Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Diskusi Grand Issue bertema “Komersialisasi Pendidikan: Keberpihakan Pendidikan” di Pelataran Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas, Kamis (06/11). Diskusi ini menghadirkan Sekretaris Advokasi dan Kemahasiswaan Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Muh Khadafi Karim, sebagai narasumber.
Dalam pemaparannya, Khadafi menjelaskan bahwa pendidikan seharusnya menjadi proses pembentukan sikap dan kedewasaan manusia, bukan sekadar aktivitas ekonomi. Ia menyebut komersialisasi terjadi ketika lembaga pendidikan menerapkan logika produsen dan konsumen.
Ia menambahkan bahwa praktik seperti penjualan buku paket di sekolah merupakan contoh awal munculnya pola pragmatis dalam pendidikan. “Lebih baik membeli buku paket, karena dari situ kita bisa belajar sendiri,” ujarnya.
Khadafi menilai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi turut memperkuat komersialisasi pendidikan. Ia menyebut masyarakat kerap memandang gelar sebagai simbol status sosial, sehingga muncul persaingan masuk kampus ternama meski biaya tinggi.
Ia juga menyoroti kebijakan kampus berstatus badan hukum yang berimplikasi pada meningkatnya biaya kuliah akibat berkurangnya dukungan pendanaan negara. “Ketika itu terjadi, diskriminasi sosial pasti muncul dan kesenjangan makin lebar,” tegasnya.
Dalam penutupnya, Khadafi menekankan pentingnya pemerataan akses pendidikan agar mobilitas sosial dapat berlangsung adil. Ia menilai pendidikan informal dapat menjadi alternatif yang lebih inklusif bagi masyarakat.
Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif mengenai peluang perbaikan sistem pendidikan dan peran mahasiswa dalam memperjuangkan akses pendidikan yang merata.
Fahry Muhammad
