Himpunan Mahasiswa Antropologi (Human) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar Kajian Umum melalui Google Meet, Rabu (2/6). Kajian yang difasilitatori oleh Muh. Nur Rahmat Yasim ini membahas “Makanan Dalam Perspektif Antropologi”.
Mengutip buku berjudul “Hunger And Work In A Savage Tribe” karya Audrey Richards , Rahmat menjelaskan, nutrisi adalah proses biologis dalam sebuah kebudayaan yang diatur jauh lebih mendasar dari urusan sex.
Terdapat beberapa hasil kajian mengenai makanan secara umum, yakni makanan sebagai nutrimen, makanan sebagai kuliner, makanan sebagai symbol, dan makanan sebagai pembentuk identitas etnis. Makanan sebagai nutrimen dilihat dari konsep biokimia ialah zat penjaga dan pemelihara kesehatan organisme yang menelannya.
“Sedangkan makanan sebagai kuliner artinya makanan itu telah diolah menggunakan bahan-bahan tertentu. Hal tersebut tentunya menjadi suatu kesepakatan dalam budaya masyarakat,” ujar Rahmat.
Adapun kajian makanan sebagai simbol berarti makanan tersebut memiliki makna-makna khusus. “Jika makanan sebagai pembentuk identitas etnis, maka disesuaikan daerahnya. Misalnya, masyarakat Minahasa identik dengan makanan-makanan pedas,” lanjut Rahmat.
Ia kemudian menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat mikronesia dan polinesia. Dari hasil penetian tersebut disimpulkan, makanan mempunyai peranan sosial sebagai sarana alat komunikasi, standar kekayaan, barometer kekuasaan dan sebagai mediator simbolik dalam mendefinisikan dan memanipulasi hubungan sosial.
“ Kebiasaan atau pola-pola makan dipengaruhi oleh teknologi, organisasi sosial, dan keadaan biologis. Hirarki, kasta, ras dan gender sendiri terbentuk melalui diferensiasi kontrol terhadap akses makanan. Pola-pola konsumsi yang berbeda adalah satu dari banyak cara yang dapat membedakan diri,” papar Rahmat.
M219