“Pemimpin yang baik adalah orang yang paham dengan masalah yang dipimpinnya,” ucap Syamsu Rizal MI, S.Sos M Si selaku Wakil Walikota Makassar, Senin (27/11). Hal itu ia sampaikan dalam diskusi publik yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi (Humanis) Fisip Unhas.
Sudah kali ketiga, kegiatan ini digelar. Dua diskusi sebelumnya dilaksanakan di dalam kampus. Namun kali ini berbeda, Humanis melakukan kunjungan tokoh dan diskusi di Rumah Jabatan Wakil Walikota Makassar.
Dalam diskusi bertema “Menganalis Kepemimpinan Satu Periode Pemerintah Kota Makassar” ini, selain Syamsu Rizal, hadir dua pembicara lainnya Dr Muhammad Tang Adbullah, SSos, MAp, dan Rizal Fauizi, SSos. Mereka mencoba mengupas gaya kepemimpinan yang diterapkan pemerintah Kota Makassar.
Tang pun menjelaskan, hal yang harus ada dalam diri pemerintah itu kepekaan atau responsibitas terhadap masyarakat. Terutama yang berada dalam golongan menengah ke bawah. Karena itu, harus ada kebijakan publik yang bersifat responsif. Dosen Administrasi Negara ini juga berpendapat, gaya kepemimpinan pemerintah dapat dikatakan efektif, terliha dilihat dari respon pemerintah dalam menjawab panggilan rakyat.
Konsep kota sombere dan smart city pun dibahas dalam diskusi ini. Kedua konsep itu diharapkan dapat menelurkan kebijakan yang lebih partisipatif. Sombere adalah gagasan Kota Makassar yang terus mengikuti perkembangan teknologi, namun tidak meninggalkan kearifan budaya lokal. Namun nyatanya, pun masih menimbulkan beberapa kritikan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rizal Fauzi sebagai salah satu pemateri. “Sombere yang sangat partisipatif ini sebenarnya belum sampai ke lapisan masyarakat bawah,” ucap Rizal.
Penggagas Makassar Literasi Award itu mengatakan, ada 16 program yang dicanangkan oleh pemerintah. Namun hanya sekian persen saja yang menarik bagi masyarakat. Kesimpulannya, program-program itu akan efektif jika ada partisipasi masyarakat.
Reporter: Nurmala