Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) adakan Governance Series. Acara dilaksanakan di Colloquium Room Departemen Ilmu Administrasi FISIP Unhas, Kamis (09/10).
Kegiatan menghadirkan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Sudirman Nasir PhD sebagai narasumber. Dalam kesempatannya, ia menyampaikan, terjadi pergantian istilah dalam menyikapi bencana iklim, yakni dari ‘Climate Change menjadi ‘Climate Crisis’.
“Kata change atau perubahan dianggap terlalu lemah karena bukan hanya berubah, melainkan perbaikan skala cepat dan luas, keparahan, dan dampak bencana iklim,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Kelompok Riset Krisis Iklim dan Kesehatan Unhas itu menyinggung terkait wilayah Wallacea yang diperkenalkan oleh Alfred Russel Wallace. Ia menjelaskan, kawasan ini mencakup Pulau Sulawesi, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor, Halmahera, Buru, Seram, dan pulau kecil lainnya.
“Wilayah ini sangat kaya secara alamiah, geografis, biologis, dan mikroorganisme laut dalam,” ucapnya.
Selain itu, Senior Fellow Australia-Indonesia Centre (AIC) itu membahas bahwa seseorang dapat terkena heat stroke atau peningkatan suhu tubuh ketika kondisi cuaca yang semakin memanas. Ia menyebut, keadaan ini terjadi karena badan manusia memiliki ambang batas dalam menghadapi panas.
Di samping itu, Sudirman mengutarakan mengenai Indonesia yang terletak pada wilayah cincin api. Menurutnya, kondisi ini merupakan kenyataan biologis dan penduduk diharuskan untuk memperbanyak doa.
“Orang menjadi religius bukan karena iman, tetapi karena ketidakpastian. Semakin pasti suatu negara, semakin berkurang kepercayaan pada hal gaib,” ungkapnya.
Fadhlil Azhim
