Technical Data Science Google Developer Group on Campus (GDGoC) Universitas Hasanuddin (Unhas), Muh. Naufal Fahri Salim memaparkan Data Science dalam kegiatan Info Session GDGoC yang berlangsung di Lecture Theater 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas, Minggu (24/11).
Pada kesempatannya, Naufal menjelaskan perbedaan antara pendekatan data-driven dan knowledge-driven dalam pengambilan keputusan bisnis. Menggunakan contoh kedai kopi, pembicara menggambarkan bagaimana analisis data dapat mempengaruhi strategi bisnis dengan efektif dibandingkan dengan pendekatan berbasis asumsi.
“Ice coffee menghabiskan 60 persen stok namun hanya menyumbang 20 persen dari total penjualan. Dengan data ini, pemilik bisnis bisa membuat promosi yang tepat sasaran seperti ‘beli satu gratis satu’ untuk ice coffee,” jelasnya.
Naufal juga menjelaskan hierarki dalam dunia data science, mulai dari data analytics hingga machine learning dan artificial intelligence. Tingkat entry-level akan berfokus pada data analytics yang mencakup proses identifikasi masalah, pengumpulan data, persiapan data, analisis, dan visualisasi.
Dalam praktiknya, para data scientist menggunakan berbagai tools seperti Google Colab, NumPy, Pandas, Matplotlib, PyTorch, dan TensorFlow. Namun untuk pembelajaran dasar, Google Colab direkomendasikan karena gratis dan lebih mendukung perangkat dengan spesifikasi rendah.
Seperti halnya dengan perusahaan e-commerce Shopee, di mana data scientist berperan penting dalam mengidentifikasi masalah dan peluang yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. “Data scientist yang baik tidak hanya membuat model-model kompleks, tetapi dapat memberikan dampak nyata bagi perusahaan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Naufal jelaskan bahwa posisi data scientist level tinggi di perusahaan-perusahaan besar seperti Google dan Meta umumnya mensyaratkan gelar PhD. Namun untuk entry-level, kebanyakan pekerjaan masih berbasis analytics daripada machine learning atau artificial intelligence.
Azzahra Dzahabiyyah Asyila Rahma