Buah naga merah mampu digunakan baik kulit dan buahnya secara sempurna, sehingga tidak akan menyebabkan sampah berlebih yang dapat merusak lingkungan.
Berbekal pengetahuan melalui jurnal-jurnal yang dibaca dan penelitian dosen fakultas, Ishmah Rosyidah, seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin (Unhas) berinisiasi menciptakan sebuah produk yang banyak digunakan dalam dunia kesehatan. Sebuah plaster luka dari buah naga merah.
Buah naga merah dipercaya mengandung banyak kandungan flavanoid yang bisa berguna sebagai anti bakteri, anti mikroba, anti diabetik, dan anti inflamasi. Flavanoid itu sendiri berasal dari buah yang berwarna merah. Di sisi lain, terdapat vitamin C yang berguna sebagai sistem pertahanan tubuh dalam sel dan plasma.
Cidah, biasa ia disapa, bersama dua orang temannya, Munawwara (Fak. Farmasi 2017) dan Anugrah Prima Dirgahayu (Biologi 2017) ia segera merealisasikan idenya tersebut.
Buah naga merah yang Cidah pilih mampu digunakan baik kulit dan buahnya secara sempurna, sehingga tidak akan menyebabkan sampah berlebih yang dapat merusak lingkungan. Gadis berkerudung itu pun mengaku bahwa dalam pengemasan produk kedepannya akan meminimalkan penggunaan plastik.
Menggunakan ekstraksi buah naga merah, ethanol, dan berbagai bahan lainnya, Cidah beserta para anggota tim bersegera melakukan penelitian tersebut.
“Buah naga adalah hal pertama yang kita fokuskan. Awalnya, buah naga tersebut diekstraksi terlebih dahulu. Proses ekstraksi tersebut berjalan sekitar dua minggu lamanya. Setelah berbentuk kental, kita tambahkan ethanol sebanyak 100 mg. Selanjutnya kami meneteskan ekstraksinya pada kasa steril. Seusai proses tersebut, ditambahkan larutan humekton demi menjaga kelembaban plester.”, gadis berkacamata itu menjelaskan proses pembuatan plester secara teratur dan runtut.
Cidah juga mengatakan bahwa dalam penelitian tersebut ia menggunakan plaster jenis hidro koloid yang transparan. Alasannya sederhana, jenis plester tersebut dipilih karena tahan air dan tidak mudah lepas.
Dalam penelitiannya, Cidah menggunakan tikus putih ratusnoverdicus sebagai objek percobaan. Awalnya, cidah berharap mendapatkan 32 sampel penilitian agar segalanya berjalan sesuai rencana. Namun, langkanya keberadaan tikus putih jantan tersebut menjadi kendala sehingga hanya enam belas sampel penilitian yang digunakan.
Hasil percobaan pada sampel yang digunakannya memperlihatkan hasil pada hari ketiga penggunaan produk. Luka insisi atau biasa disebut sebagai luka iris yang diuji coba di punggung tikus tersebut mengalami pelengketan yang nyaris sempurna. Ia tidak lagi menemukan nanah dan darah yang keluar, serta luas dan diameter luka tersebut faktanya semakin mengecil.
Saat ini, produk yang digagas tersebut dalam tahap pengurusan paten. Hal itu ia buktikan dengan penyusunan draf paten secara bertahap. Cidah menegaskan langkahnya kini berada pada tahap pembimbingan oleh tim HaKi Unhas.
“Tentu kami akan mematenkannya. Hanya saja, pengurusan hak paten itu tidak sebentar. Untuk mengurusnya diperlukan waktu sekitar 34 bulan”, terangnya.
Cidah juga menjelaskan, sejauh ini mereka sedang mengurus hasil revisi yang diberikan oleh pihak HaKi Unhas. Ia juga berharap agar draft yang diajukan segera rilis dan diterbutkan.
Selain itu, cidah mengungkapkan bahwa tidak menutup kemungkinan produk ini akan diuji coba ke luka yang lebih parah. “Sejauh ini kan hanya sebatas pada luka insisi, semoga kedepannya kami mampu berbuat lebih jika mendapatkan dana yang cukup.”, terangnya.
Di penghujung pembicaraan, Cidah juga menyatakan telah mematok harga yang akan dibanderol jika kedepannya produk plester buah naga ini resmi dipasarkan. Ia berencana akan memasarkan plester tersebut seharga 2.500 rupiah per lembarnya dan 27.000 rupiah per dos yang nantinya berisi sepuluh lembar.
Nadhira Sidiki