Masih ingat dengan petualangan seru Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust di dalam kepala Riley? Nah, buat kamu yang udah kangen sama Riley dan geng emosi, bersiaplah dibuat haru dan ketawa lagi di Inside Out 2!
Memiliki rentang waktu 9 tahun dari film pertamanya, Inside Out 2 kembali membawa kita ke dalam kehidupan Riley yang kini telah beranjak menjadi seorang remaja. Sekuel kali ini mencoba mengeksplorasi kembali kompleksitas emosi baru yang muncul di masa pubertas Riley.
Film ini dimulai dengan memperlihatkan perubahan mendadak yang terjadi dalam emosi Riley. Perubahan fisik dan emosional, seperti jerawat yang mulai timbul di wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang menjalani proses menuju kedewasaan.
Kelima emosi inti dari film pertama, Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust, kini harus beradaptasi dengan kehadiran emosi baru. Keadaan di dalam “Headquarters” Riley menjadi kacau saat emosi baru, Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarrassment mulai merebut kendali. Namun, interaksi antara emosi-emosi inilah yang nantinya akan memainkan peran membentuk jati diri Riley.
Inside Out 2 mengangkat tema yang cukup relatable bagi para remaja. Film ini menggambarkan berbagai situasi yang dihadapi Riley, mulai dari tekanan di sekolah, persahabatan yang rumit, hingga pencarian jati diri.
Disutradarai oleh Kelsey Mann, film ini berhasil dikemas dengan sangat emosional namun penuh akan gelak tawa, sehingga mampu membuat penonton terhibur dan terharu sekaligus. Film ini memakan biaya produksi hingga mencapai 200 juta dolar Amerika Serikat (sekitar tiga triliun rupiah).
Para animator di Pixar bahkan melakukan riset yang mendalam tentang perkembangan otak remaja untuk memastikan bahwa penggambaran emosi di dalam film ini akurat dan realistis.
Sama seperti film Pixar lainnya, Inside Out 2 juga kembali menghadirkan animasi imajinatif yang penuh warna. Desain karakter yang unik dan ekspresif membuat film ini semakin menyenangkan untuk ditonton.
Amy Poehler, Phyllis Smith, Lewis Black, Tony Hale, dan Liza Lapira yang kembali mengisi suara para karakter emosi utama membawa nuansa dan kenangan yang sama seperti di film pertama. Kehadiran Maya Hawkey yang memerankan Anxiety juga turut meninggalkan kesan pada karakter kecemasan berwarna oranye ini.
Dibanding dengan film pertamanya, sekuel kali ini terasa sedikit berbeda. Di film pertama, cerita terpusat hanya pada konflik antara Joy dan Sadness dalam mengendalikan emosi Riley. Sedangkan, di Inside Out 2, terdapat banyak emosi baru yang diperkenalkan sehingga ceritanya sedikit terpecah menjadi beberapa alur. Hal ini mungkin dapat membuat penonton merasa bingung dan sulit untuk fokus pada alur cerita utama.
“I don’t know how to stop anxiety. Maybe that’s what happens when you grow up, you feel less joy,” ucap Joy dalam salah satu scene Inside Out 2.
Diproduseri oleh Mark Nielsen dan ditulis oleh Meg LeFauve, film ini berhasil membawa kita kembali untuk mengeksplorasi perasaan yang pernah kita alami. Film ini juga menjadi pengingat bahwa semua emosi itu valid dan memiliki peran penting dalam hidup kita.
Film ini sangat cocok ditonton untuk semua usia dan dapat menjadi bahan diskusi yang menarik tentang bagaimana seharusnya kita memahami diri sepenuhnya. Inside Out 2 adalah bukti bahwa film animasi tidak selalu untuk anak-anak, namun dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Athaya Najibah Alatas