Jorok, bau, tidak layak dan memicu trauma. Itulah yang menggambarkan kondisi WC Unhas beberapa waktu silam.
Toilet, atau kerapkali disebut sebagai WC adalah ruangan yang wajib tersedia di semua bangunan, tak terkecuali di kampus, itu sudah jelas. Sanitasi yang sehat adalah bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan kampus yang sehat, nyaman dan kondusif. Sebaik-baik WC bagi semua orang adalah dapat digunakan dalam keadaan bersih. Ditinggalkan pun dalam keadaan bersih.
Seyogyanya, pemeliharaan toilet kampus menjadi prioritas utama sebab berkaitan langsung dengan kesehatan. Namun toilet seringkali dijadikan formalitas dan tidak mendapat perhatian yang serius dalam pembangunan infrastruktur, apalagi di Kampus Merah. Kebersihan yang seringkali terabaikan, fasilitas rusak, dan kenyamanan pengguna yang tidak terjamin memicu dampak negatif pada kesejahteraan mahasiswa, dosen, dan staf yang menggunakan fasilitas tersebut setiap harinya.
Sejak Universitas Hasanuddin (Unhas) ‘pindah rumah’ dari Baraya ke Tamalanrea, sulitnya menemukan toilet yang layak pakai selalu menjadi pembahasan yang tidak ada habisnya. Ironi WC yang buruk, tidak hanya terjadi di kawasan inti kampus (administrasi dan perkuliahan). Asrama Mahasiswa (Ramsis) pun mengalami hal serupa, sehingga ironi itu menjadi mimpi buruk bagi orang-orang yang hendak menetap di Ramsis.
Identitas melaporkan pada April 2009, mahasiswa seringkali harus berpindah-pindah gedung fakultas atau jurusan hanya untuk menemukan toilet yang memadai. Tidak adanya air yang mengalir secara konsisten seringkali memicu bau tak sedap. Bau dari toilet kadangkala menyengat di sekitarnya hingga ke kantin.
Bukan hanya bau yang membuat ‘trauma’ bagi semua orang, beberapa toilet juga tercatat mengalami kerusakan. Antara kerusakan yang terjadi, yaitu: engsel pintu yang patah, keran air yang bocor, wastafel yang tidak berfungsi, hingga jamban yang tersumbat dan tidak ada air yang mengalir.
Identitas juga menemukan kerusakan dan bau busuk terjadi akibat usia toilet yang tua serta keterlambatan aliran air dari workshop ke beberapa fakultas. Air yang dialirkan dari workshop alih-alih ke toilet, malah mengalir ke kantin menjadi sorotan tajam pada Desember 2019
Gedung Perkuliahan Bersama (PB) tak luput dari ironi santiasi tersebut. Gedung yang digunakan oleh hampir seluruh mahasiswa untuk mata kuliah umum seringkali belum jelas diketahui keberadaan toiletnya.
Perpustakaan Pusat bahkan dilaporkan kala itu hanya memiliki satu toilet yang harus digunakan bersama oleh pria dan wanita. Sementara itu, toilet di Gedung Rektorat yang sering kali tertutup mendadak memicu kebingungan di kalangan mahasiswa yang ingin menggunakannya.
Seorang Mahasiswa Sastra Inggris juga mengeluhkan masalah toilet di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pada Januari 2017 lalu. Toilet yang awalnya terbuka untuk umum, kini hanya boleh digunakan oleh dosen dan staf akibat kebersihan yang tidak terjaga. Mahasiswa FIB dengan terpaksa diarahkan untuk menggunakan toilet di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang terletak di lokasi yang berbeda.
Kita berpindah di Ramsis, ironinya sama saja.
WC di Ramsis yang sering digunakan untuk berbagai aktivitas seperti mencuci dan mandi kembali menjadi sorotan kala tidak dilengkapi dengan pintu pada Oktober 2013 lalu. Tidak hanya pintu, penghuni Ramsis terpaksa harus menimba air dari sumur ataupun bunker air.
Seorang peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan dari Universitas Gadjah Mada, Rahaja Mufid, yang kebetulan sempat menetap untuk beberapa hari meluahkan kekecewaannya terhadap fasilitas toilet di Ramsis. “Unhas memang bagus, tapi kok WC-nya kotor, tidak ada air untuk mandi,” terangnya.
Civitas academica perlu memahami bahwa fasilitas sanitasi yang layak bukan hanya sekadar kebutuhan dasar, tetapi juga bagian yang tak terpisahkan dalam upaya membangun lingkungan belajar yang kondusif. Dengan memberi perhatian lebih pada pembangunan dan pemeliharaan toilet, diharapkan dapat tercipta fasilitas yang bersih, nyaman, berfungsi dengan baik, serta berkelanjutan.
Masalah sanitasi ini tidak sepenuhnya bisa dibebankan pada pengelola kampus. Mahasiswa dan juga dosen serta staf bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan merawat toilet dengan baik dan bijak. Hanya dengan kontribusi semua pihak, kondisi toilet di kampus dapat diperbaiki dan dipertahankan untuk kepentingan bersama.
Adrian