Masjid Ikhtiar Kampus Unhas Tamalanrea atau dikenal dengan sebutan Masjid Kampus (Maskam) Unhas telah berdiri selama 26 tahun, sejak diresmikannya oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Indonesia saat itu yang saat ini juga dikenal sebagai Presiden ketiga Republik Indonesia, B J Habibie.
Masjid yang terletak di dekat pinggir danau dan Gerbang Utama (Pintu 1) Unhas itu merupakan tempat ibadah yang tidak hanya ramai dikunjungi oleh sivitas akademika Unhas, tetapi juga khalayak umum. Terutama saat akan dilaksanakannya ibadah Salat Jumat bagi umat muslim.
Sejak pertama dibangun hingga diresmikan pada 13 September 1997, rintangan dan hambatan kerap menghampiri pembangunan masjid ini. Cikal bakal berdirinya Maskam sebenarnya sudah ada dari tahun 1978. Berdasarkan berita identitas, pada tahun tersebut telah dibentuk panitia, yang diketuai oleh Prof Drs Sadly AD, dalam rangka pendirian Maskam.
Kemudian pada 1989, pendirian Maskam tersebut terus didorong oleh kalangan mahasiswa. Hal tersebut dilakukan lantaran banyaknya mahasiswa yang harus pulang ke rumah atau mencari masjid jika ingin melaksanakan Salat Jumat, padahal setelahnya mahasiswa masih harus melanjutkan kuliah.
Akibat tidak adanya masjid di area kampus, mahasiswa pun menjadikan koridor tempat mereka menunggu dosen saat akan masuk kelas sebagai tempat untuk melaksanakan Salat Jumat.
“Kami yang berkumpul di koridor dan beberapa teman lain mengupayakan untuk bisa salat di tempat terbuka itu. Selain itu kita memang harus malu, kemegahan yang kita miliki (kampus) ini kok tempat untuk salat Jumat saja tidak ada,” ujar pengurus MPM pada saat itu, Kamis (09/02/1989).
Di tahun sebelumnya, terbentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Pembangunan Masjid Kampus (YPMK). Dengan adanya yayasan tersebut, Panitia Salat Jum’at (Panitia koridor) melangkah kian pasti dan mendesak yayasan tersebut untuk segera mewujudkan pembangunan Maskam.
Berdasarkan berita identitas pada 1989, Unhas pernah mewajibkan seluruh mahasiswanya yang beragama Islam untuk memberikan sumbangan dengan nilai minimal Rp3.000,- per semester, yang nilainya sekarang sekitar Rp40.000,- berdasarkan kalkulator inflasi pada situs https://www.simulasikredit.com/simulasi_past_value.php
Desakan Panitia Koridor tersebut berbuah manis. Di tahun yang sama Unhas kemudian memulai pembangunan masjid tersebut. Hal itu ditandai dengan adanya acara simbolis berupa peletakan batu pertama untuk pembangunan Pusat Pengkajian Iptek dan Islam yang di dalamnya sudah termasuk pembangunan Maskam yang telah lama didambakan oleh Panitia Koridor warga Unhas pada saat itu.
Peletakan batu pertama tersebut dilakukan oleh beberapa pejabat Unhas dan Pemerintah Kota Makassar saat itu, diantaranya Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, H Zainal Basri Palaguna, Walikota Kotamadya Ujung Pandang, Soewahyo, Rektor Unhas, Prof Dr H Basri Hasanuddin, dan Ketua Panitia Pelaksana Pembangunan Maskam, Prof Halide.
Terdapat beberapa hambatan selama pembangunan masjid ini. Faktor utama dari hambatan tersebut adalah faktor keuangan pembangunan masjid. Di tahun 1992 pembangunan masjid yang diharapkan menjadi masjid terindah dan termegah di Indonesia Timur saat itu mengalami musibah, sebab dana 15 juta dari sekitar 21 juta rupiah yang terkumpul dari sumbangan mahasiswa dicuri.
Hal itu yang mendorong Unhas untuk mengintensifkan sumbangan dari karyawan dan dosen. Dari sumbangan tersebut, didapatkan dana rata-rata sekitar 3 juta rupiah perbulan dan seiring berjalannya naik hingga 9 juta rupiah perbulan.
Di tahun berikutnya, seorang alumni Unhas yang kita kenal sebagai Wakil Presiden Indonesia 2014-2019, Jusuf Kalla, dalam pertemuannya dengan pengurus YPMK, mengatakan bahwa masjid yang dibangun ini harus memiliki target waktu untuk perampungannya, sehingga tidak seperti masjid kampung.
Menanggapi hal tersebut dan mengingat bahwa harga material pembangunan yang terus naik, Unhas kemudian melakukan pencarian dana yang lebih intensif lagi, mulai dari mengembalikan kebijakan mahasiswa muslim untuk memberikan sumbangan Rp3.000,- per semesternya, hingga mencari bantuan dana ke negara-negara timur tengah. Dari pertemuan itu pula, Unhas kemudian membuat target pencapaian dalam kurun waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun dalam rangka perampungan Meskam ini.
Dari beberapa berita dari koran identitas, masjid tersebut sudah mulai digunakan bahkan sebelum pembangunannya benar-benar rampung. Masjid tersebut sudah digunakan mahasiswa untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti kajian.
Dalam perjuangan sekitar 8 tahun dan berbagai rintangan yang telah dilewati dalam pembangunannya, Masjid ini akhirnya selesai dibangun dan siap untuk digunakan. Penyelesaian masjid ini ditandai dengan peresmiannya pada 13 September 1997 yang dilakukan oleh Presiden ketiga Republik Indonesia, B J Habibie, yang pada saat itu menjabat sebagai Menristek dan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).
Peresmian ini ditandai dengan plakat batu yang saat ini di pajang di lantai 2 Maskam, yang didalamnya tercantum nama B J Habibie sebagai orang yang meresmikan masjid tersebut.
Muhammad Mukram Mustamin