Penggunaan bahan bakar fosil kian mendominasi, padahal cadangan minyak bumi semakin menipis. Namun, siapa sangka, limbah jambu mete dapat menjadi bahan bakar setara dengan bensin.
Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kian hari semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk, baik sektor rumah tangga maupun transportasi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah impor migas pada Desember naik dari November 2020 sebesar 36,57 persen. Setiap tahunnya, Indonesia mengalami penurunan stok barel minyak mentah. Dan diperkirakan konsumsi di tanah air tiap tahunnya akan naik 3,5 persen.
Selain itu, polusi konsumsi bahan bakar fosil merusak lingkungan. Kejayaan bumi pun sedang dipertaruhkan. Diperlukan suatu terobosan untuk menciptakan inovasi baru.
Berkaca pada kesemrawutan ini, dosen Departemen Teknik Mesin, Dr Eng Andi Erwin Eka Putra ST MT bersama rekannya, Dr Eng Novriany Amaliyah ST MT mencoba melakukan riset mencari bahan baku yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
“Kami ingin menciptakan sumber energi yang bisa mensubstitusi atau menggantikan kebutuhan energi dengan mengkaji potensi bioenergi, energi terbarukan yang didapatkan dari sumber biologis, di Indonesia, kebetulan kami fokus ke pengolahan biji Mete,” ujar pria kelahiran Makassar ini.
Bermodalkan modifikasi oven listrik bekas, mereka melakukan penelitian karakteristik hasil pirolisis atau proses pemanasan tanpa oksigen limbah kulit jambu mete sebagai energi alternatif.
Pria yang biasa dipanggil, Erwin ini menceritakan awalnya mereka melakukan penelitian terhadap limbah pohon pisang, kemudian berlanjut ke sekam bakar, kemiri, dan sabut kelapa. Bahkan limbah plastik dan minyak jelantah pernah ikut diteliti.
“Awalnya kami mencoba pakai limbah, namun beberapa bahan tidak cocok dengan ciri bahan bakar,” ucap dosen Fakultas Teknik ini saat dihubungi melalui Zoom, Selasa, (26/1).
BACA JUGA : Inovasi Kantong Kertas Ramah Lingkungan
BACA JUGA : Plus Minus Covid-19 bagi Lingkungan
Tahapan riset memulai dengan menambah jumlah kalor pada setiap bahan baku, lalu menguji karakteristiknya. “Karena bahan bakar memiliki ketentuan tersendiri terhadap nilai kalor serta jumlah air yang dikandungnya,” ungkapnya.
Kemudian, penelitian melanjutkan dengan pengolahan bahan melalui oven listrik yang dilakukan selama lima menit.
“Hasil riset pirolisis kulit mete ini, kami menemukan adanya arang, minyak dan gas yang dihasilkan. Semua bahan ini mempunyai banyak manfaatnya, ” sebut Novriany.
Usaha mereka tentunya membuahkan hasil, selain hemat energi dan biaya, produk ini pun sangat menjanjikan ke depannya. Apalagi menurut Novriany bahannya tidak mencemari lingkungan.
“Perbedaan biomassa ini bisa menggantikan bahan bakar transportasi, sehingga dapat menggunakan untuk menggantikan BBM,” papar Erwin kembali.
Daripada itu, kajian ini berpotensi untuk menjaga bumi dari penggunaan minyak bumi secara berlebihan.
Namun, hasil riset ini belum mengomersialkan dikarenakan masih berupaya untuk mengembangkan potensi limbah kulit mete melalui penelitian lanjutan.
Kedua dosen departemen teknik mesin ini pun berharap potensi yang mereka miliki dalam bidang bioenergi, dapat dikembangkan dengan bantuan dan kebijakan dari universitas. “Supaya ke depannya bisa bekerja sama dan mengembangkan riset dalam skala lebih luas,” tutupnya.
Oktafialni Rumengan