Sabtu, 13 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Ipteks

Jamur Pelarut Fosfat, Solusi Krisis Pascatambang Berbasis Mikroba Lokal

6 Agustus 2025
in Ipteks
salah satu anggota tim peneliti sedang mengamati jumlah koloni jamur yang tumbuh menggunakan colony counter. Foto: Dokumentasi pribadi

salah satu anggota tim peneliti sedang mengamati jumlah koloni jamur yang tumbuh menggunakan colony counter. Foto: Dokumentasi pribadi

Editor Jum Nabillah

Setelah bertahun-tahun digali dan dikeruk demi logam yang mengilap, lahan bekas tambang kini ditinggalkan dalam kondisi gersang dan seolah mati. Tanah yang tandus, keras, penuh logam berat, dan hanya debu merah yang beterbangan saat angin menerpa, menjadi saksi bisu atas kerusakan yang tertinggal. Inilah yang terjadi di kawasan tambang nikel PT Vale Tbk, Sorowako.

Siapa sangka, di balik gersangnya bekas tambang nikel itu, tersembunyi jamur-jamur mikro yang menjadi harapan baru bagi masa depan lingkungan. Jamur-jamur ini dapat melepaskan fosfor dari senyawa fosfat yang tidak larut dalam tanah. Penelitian dari Universitas Hasanuddin (Unhas) mengungkap bahwa Jamur Pelarut Fosfat (JPF) lokal tersebut mampu menjadi agen pemulih lahan pascatambang yang rusak dengan cara lebih alami dan berkelanjutan.

BacaJuga

Strategi Komunikasi Politik Etnis Minoritas di Sulawesi Barat

EKG Portabel: Inovasi Kompatibel untuk Dunia Kesehatan

Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar dunia menghadapi tantangan besar dalam mengelola dampak lingkungan pascatambang. Salah satunya, pada rehabilitasi lahan yang masih sering menggunakan pupuk kimia, padahal metode tersebut sudah terbukti dapat merugikan dan tidak berkelanjutan. Selain itu, dalam sistem tanah yang terdegradasi, terutama di lahan bekas tambang, ketersediaan fosfor sangat rendah akibat ikatan senyawa fosfat dengan logam berat. 

“Kondisi ini membuat revegetasi menjadi proses yang sangat lambat dan membutuhkan investasi besar,” jelas salah satu tim peneliti dari Fakultas Kehutanan Unhas, Prof Halimah, Selasa (15/07).

Peran mikroorganisme, khususnya JPF, menjadi kunci dalam memecahkan masalah ini. Jamur-jamur mikro ini memiliki kemampuan unik untuk melarutkan fosfat menjadi bentuk yang dapat diserap tanaman, sekaligus membangun kembali keseimbangan ekologis tanah.

Tim peneliti mengambil sampel tanah dari berbagai lokasi, hutan alam sebagai kontrol serta lahan revegetasi dengan usia berbeda. Proses isolasi jamur dilakukan secara steril di laboratorium menggunakan Pikovskaya, yaitu medium khusus yang memungkinkan JPF tumbuh dan menunjukkan kemampuannya melalui zona bening yang terbentuk.

Tantangan penelitian ini tidaklah sederhana. Di laboratorium, proses isolasi jamur harus diulang berkali-kali untuk memastikan validitas hasil. “Di lapangan, kami berhadapan dengan akses wilayah yang terbatas, kondisi tanah keras, dan perlu kehati-hatian dalam pengambilan sampel steril,” ungkap anggota tim peneliti itu. 

Hasil penelitian mengungkap fakta mengejutkan bahwa lebih dari 50 isolat jamur berhasil diisolasi dan 37 di antaranya menunjukkan kemampuan melarutkan fosfat. Yang paling mencengangkan, lahan revegetasi berusia 20 tahun (sejak 2004) justru memiliki populasi JPF tertinggi bahkan mendekati kondisi hutan alam.

Jamur dari hutan alam terbukti paling ampuh dalam melarutkan fosfat, dengan Indeks Kelarutan Fosfat (IKF) tertinggi mencapai 1,62. Angka ini menunjukkan kemampuan luar biasa jamur untuk membebaskan fosfor yang terikat dalam tanah. Di samping itu, jamur dari lahan tambang memiliki keunggulan tersendiri, mereka lebih tahan terhadap kondisi stres seperti pH rendah dan kandungan logam tinggi.

“Jamur juga membantu menurunkan toksisitas logam berat, karena mampu mengeluarkan asam organik seperti asam sitrat dan oksalat, serta siderophore yang mengikat logam seperti besi, aluminium, dan mangan,” jelas Prof Halimah. 

Ini menjadikan jamur sebagai agen pemulih tanah yang tidak hanya menyediakan nutrisi, tetapi juga melindungi sistem akar dari racun logam berat.

Motivasi penelitian ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan pascatambang yang semakin memburuk. Sering kali kita lupa bahwa kehidupan yang terlihat di permukaan tidak akan berjalan tanpa kehidupan mikro di bawahnya. Tanah yang hidup dimulai dari mikroba. Jika kita ingin masa depan yang hijau, kita harus mulai dari yang mikro, dari jamur dan bakteri yang menjaga keseimbangan bawah tanah.

“Semua isolat JPF yang kami gunakan merupakan spesies indigenous yang diisolasi dari tanah hutan dan lahan bekas tambang di wilayah PT Vale, Sorowako, Sulawesi Selatan,” ujar guru besar Fakultas Kehutanan Unhas.

Penelitian ini menekankan pentingnya menggunakan mikroba lokal. Ini menunjukkan bahwa solusi berbasis mikroba lokal yang ditawarkan tim peneliti memiliki tingkat adaptasi ekologis yang tinggi.

Penemuan ini juga membuka peluang besar untuk pengembangan industri biofertilizer lokal. JPF tidak hanya cocok untuk rehabilitasi lahan tambang, tetapi juga dapat diaplikasikan di lahan pertanian, kehutanan, bahkan lahan gambut. 

“Sangat mungkin jamur ini bisa hidup di tanah selain bekas tambang, seperti lahan pertanian. Sebagian isolat, bahkan berasal dari hutan alam yang mirip secara ekologi dengan lahan pertanian organik,” jelas Prof Halimah.

Dari sisi ekonomi, potensi penghematan biaya sangat signifikan. Meskipun belum dihitung secara kuantitatif, tim peneliti memperkirakan bisa mengurangi biaya pemulihan 40 hingga 60 persen dibandingkan metode kimia dan fisik. 

Pemanfaatan JPF bukan sekadar menggantikan pupuk kimia, tetapi membangun kembali keseimbangan ekologis tanah dan efeknya lebih tahan lama. Dalam jangka panjang, penggunaan jamur ini dapat menurunkan biaya input pertanian, mengurangi pencemaran, dan meningkatkan ketahanan lahan terhadap perubahan iklim.

Waktu pemulihan lahan juga dapat dipercepat secara dramatis. Dari observasi yang dilakukan tim, revegetasi selama 20 tahun dapat mendekati kondisi hutan alam dalam hal populasi JPF. Namun, dengan adanya intervensi jamur unggul, tim dapat memperkirakan waktu tersebut bisa dipangkas hingga separuhnya.

Meskipun hasil laboratorium sangat menjanjikan, penelitian ini masih dalam tahap awal, belum pada tahap penuh uji lapangan. Namun, saat ini tim telah menyelesaikan isolasi dan karakterisasi awal. Langkah selanjutnya adalah uji aplikasi di kondisi tanah nyata, yang akan menjadi fokus tahun kedua dan ketiga penelitian.

Tantangan utama yang dihadapi adalah proses validasi di lapangan yang memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Setiap jenis tanah memerlukan uji adaptasi khusus untuk memastikan efektivitas jamur. Selain itu, koordinasi dengan berbagai pihak, seperti perusahaan tambang, pemerintah lokal, dan KLHK menjadi aspek penting dalam pengembangan teknologi ini. Tim peneliti sedang menyusun peta jalan pengembangan biofertilizer dari jamur lokal unggul, termasuk proses hak cipta dan formulasi produk. Tujuannya jelas, yaitu untuk paten, produksi skala terbatas, dan uji efektivitas, sebelum dikembangkan lebih luas dengan mitra industri atau pemerintah.

Di saat krisis lingkungan yang terus mengancam dan lahan produktif semakin berkurang, penemuan ini memberikan secercah harapan. Jamur-jamur mikro yang tak kasat mata ini menyimpan kekuatan besar untuk memulihkan bumi, bukan dengan teknologi canggih nan mahal, tetapi dengan memanfaatkan kearifan alam yang telah ada sejak jutaan tahun lalu.

Penelitian ini membuktikan bahwa solusi lingkungan tidak selalu harus datang dari luar. Kadang, jawaban terbaik justru tersembunyi di bawah kaki kita dalam bentuk mikroorganisme lokal yang siap bekerja sama dengan manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

“Harapan kami, ke depan jamur ini bisa digunakan untuk pemulihan tanah tambang, pertanian marginal, bahkan lahan gambut dan bisa disebar secara massal,” tutup Prof Halimah dengan optimisme. 

Sebuah harapan yang mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki dampak yang luar biasa bagi kelestarian lingkungan Indonesia.

Afifah Khairunnisa

Tags: IpteksJamurJPFMikrobaPascatambangtambang
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Ulas Praktik Politik Identitas dalam Pemilu, Dosen FISIP Dikukuhkan sebagai Guru Besar

Next Post

Guru Besar FISIP Unhas Soroti Penyakit Kronis Birokrasi Indonesia

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In