Japan Corner Unhas mengadakan diskusi bertajuk Hanashiau dengan tema, “Pendidikan Islam untuk anak-anak di Jepang.” Diskusi berlangsung di Multimedia Room, Japan Corner Unhas, Gedung Perpustakaan Pusat, Kamis (6/4).
Kegiatan yang diikuti sekitar 30 mahasiswa ini menghadirkan Mahasiswa Program Doktoral Nagoya University, El Amanda de Yurie Arrafajr Suryadimulya dan Dosen Departemen Sastra Jepang, Ayu Azhariyah sebagai pemateri.
Ayu menyampaikan, kegiatan ini bertujuan menunjukkan perspektif baru mengenai Jepang. “Jepang bukan hanya soal wibu, manga dan anime, tetapi juga terdapat pendidikan islam,” tuturnya melalui wawancara, Kamis (6/4).
Pada kesempatannya, Amanda membuka diskusi dengan berbagi pengalaman sebagai seorang muslim yang menempuh pendidikan di Jepang sejak kecil. Proses beradaptasi adalah salah satu kesulitan sebagai seorang muslim.
“Sulit mendapatkan daging halal, jadi harus hati-hati dalam memilah makanan. Untuk saya sendiri, makanan disiapkan oleh ibu,” ucap Amanda.
Amanda mengungkap, pernah dilarang menggunakan hijab oleh guru saat sekolah. Namun setelah orang tua datang untuk berdiskusi, akhirnya diizinkan dengan pengecualian harus dibuka ketika pelajaran berenang.
Berbeda dengan zamannya dahulu, menurut Amanda, saat ini sekolah-sekolah di Jepang sudah terbiasa menerima anak-anak muslim sehingga para guru lebih perhatian mengenai tradisi islam. Pendidikan disesuaikan dengan budaya Jepang, misal buku harus ditulis dengan hiragana dan dimasukkan unsur budaya Jepang.
“Di Jepang ada berbagai sekolah pendidikan islam untuk anak-anak muslim seperti taman kanak-kanak (TK) Darul Iman di Kasugai dan tempat penitipan anak (TPA) Nurul Iman Nagoya. Saat ini sekolah-sekolah sudah terbiasa menerima anak-anak muslim sehingga tidak sulit lagi untuk mendapatkan makanan,” pungkas Amanda.
Mario Farrasda