“Dia mewajibkan anak-anaknya berbahasa Inggris. Bukan mau talekang, tapi katanya besok-besok kau pasti peduli. Waktu itu dia (juga) sering marah kalau saya malas, tapi dia bilang kemarahanku ini akan terbalaskan saat kau melihat indahnya negara yang kau tuju,” ucap anak sulungnya.
Apa yang kamu tanam, maka itulah yang kamu tuai. Pepatah ini seolah jadi kutukan bagi putri pertamanya, Sri Nur Aminah Ngatimin. Berkat ketegasan dan kedisiplinannya, Dosen Fakultas Pertanian Unhas itu berhasil melanglang buana keluar negeri dengan beasiswa, seperti Australia, Belanda, dan Amerika.
Dirinya memang dikenal tegas mendidik anak-anaknya, terutama belajar bahasa Inggris. Hal ini karena ia ingin melihat mereka mengikuti jejaknya ke negara-negara yang pernah disinggahi. Masih tersimpan dalam ingatan Aminah, ayahnya yang sedang terbaring sakit saat itu seketika merasakan semangat hidup kala mendengar bahwa Aminah akan berangkat ke Amerika.
“Jadi waktu di Amerika itu, saya selalu hibur dia melalui video call, karena saya percaya bukan obat yang mengobati, tetapi jiwa. Kalau jiwa gembira, otomatis raga juga mengikut,” ungkap Aminah.
Pria berkumis itu bernama Prof Dr dr H M Rusli Ngatimin MPH, Mantan Rektor Universitas Megarezky (Unimerz) sekaligus Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas). Sayangnya, ia telah berpulang pada 23 Desember 2023 karena diabetes melitus yang dideritanya.
Semasa hidup, pria kelahiran Maros, 17 Juli 1941 ini mengawali pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran (FK) Unhas Jurusan Kedokteran. Setelah itu, ia kembali menempuh gelar Master of Public Health (MPH) di Tulane University, Amerika Serikat.
Rusli lalu mengabdikan dirinya sebagai Dosen Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Unhas setibanya pulang ke Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Dekan 1 dan Dekan FKM Kampus Merah.
Aktivitas yang padat dan produktif itu ternyata tidak membuat Rusli lengah dalam mencapai pendidikan tinggi. Di sela-sela kesibukannya, ia masih bersemangat mengejar gelar Doktor sembari membuka praktik di Jalan Veteran Makassar pada 1980-an.
Sejak pendidikan inilah, Rusli sempat mendapat julukan antropolog kesehatan. Ceritanya, ia saat itu meneliti tentang Lontara’ Pabbura yang berisi catatan masyarakat bugis dahulu dalam mengobati penyakit.
Terdapat tiga metode pengobatan di Lontara Pabbura ini, yaitu metode mantra atau jampi-jampi, metode herbal, dan doa islami. Dalam penelitian itu, Rusli menekankan agar tetap memasukkan unsur kesehatan jika ritual seperti ini tetap dipertahankan.
Berkat keahliannya dalam bidang kesehatan, pria yang kerap disapa Datok Pappi itu juga dipercaya memegang jabatan di beberapa universitas di luar Unhas. Ia sempat mendampingi Ketua Yayasan Universitas Indonesia Timur (UIT) dalam mengelola institusinya, pernah menjadi Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta Rektor Universitas Megarezky periode 2018-2019.
Rusli juga sering terlibat dalam organisasi, seperti dirinya pernah menjadi Direktur Rotary Club Makassar 1990-an, sebuah organisasi kemanusiaan berbasis internasional yang mengajarkan tentang kepedulian terhadap masalah sosial kemasyarakatan.
Di balik ciri khasnya yang biasa berkacamata dan suka memakai sarung layaknya pemuda Bugis, tidak banyak yang tahu bahwa Rusli merupakan seorang mubaligh. Dirinya sering dipanggil mengisi khutbah Jumat maupun hari raya lebaran.
Tidak hanya itu, ia juga melekat sebagai sosok yang pekerja keras dan workaholic. Aminah menyebut, ayahnya tidak mengenal hari libur dan senang bekerja, bahkan gelisah jika hanya berdiam diri di rumah. Saat sakit pun, ia masih tetap merindukan kampus dan mahasiswanya.
“Dia itu tidak bisa berhenti bekerja walaupun hari libur. Beliau semasa sehat lebih senang bertutur dengan laptopnya, sampai sakit pun masih juga merindukan mahasiswanya,” kenang Aminah.
Kerja keras tidak pernah mengingkari hasil, nasihat itu nampaknya akan selalu membekas di benak Aminah. Keinginan Rusli agar anak-anaknya menapaki negara yang telah ia pijak sebelumnya pun akhirnya tercapai.
Sudah satu bulan Rusli berpulang, namun bukan berarti jejak kepemimpinannya juga ikut memudar. Setiap langkah dan ajaran yang telah ia berikan akan menjadi warisan berharga yang terus mengalir dalam kenangan masing-masing orang terdekatnya.
Lewat tulisan ini pula, Aminah mewakili keluarga besar memohon maaf kepada sahabat, kolega, mahasiswa, dan masyarakat apabila ada salah maupun khilaf semasa hidup mendiang Rusli Ngatimin.
Nurfikri