Antusiasme anak-anak Kampung Amanah dalam kegiatan belajar selalu saja membangkitkan semangat setiap orang yang datang untuk mengenal dan mengajar mereka. Mereka terlihat tersenyum lebar bahkan menyoraki ketika melihat kendaraan kakak-kakak relawan yang memasuki lorong kampung Amanah. Hal ini kerap kali dirasakan ketika Renaldy, Ketua komunitas IKASA Makassar berkunjung ke Kampung Amanah.
“Setiap kali datang kesana, ketika ada adik-adik yang melihat motor saya dari ujung lorong pasti langsung disoraki, mereka bilang ‘Kak Rey, ayo belajar, ayo main!’ katanya,” ucap Renaldy.

Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, terlebih dahulu anak-anak akan dipanggil di rumah mereka masing-masing. Selepas itu, mereka akan segera menuju rumah belajar dengan semangat penuh. Kadang kala dari mereka ada yang sedang tidak di rumah karena sedang membantu orang tua dengan berjualan keliling dan memulung.
Kampung Amanah ini dihuni sekitar kurang lebih 40 keluarga. Perkampungannya dibangun dengan lahan yang harus mereka sewa kepada pemilik tanah. Mayoritas warga yang menetap berprofesi sebagai pemulung, pedagang cabai dan tomat, atau buruh harian. Tidak hanya orang dewasa yang bekerja, namun anak-anak juga turut membantu orang tua bekerja.

Di dalam Kampung Amanah hanya tersedia fasilitas masjid dan rumah belajar. Masjid Nurul Amanah merupakan fasilitas yang dibangun atas bantuan donasi Yayasan Baitul Amal (YBM) PT. PLN (Persero) UIW Sulselbar. Masjid tersebut digunakan dengan baik oleh warga untuk ibadah salat, mengaji, atau kegiatan sosial dan amal.
Selain membangun masjid, Yayasan Baitul Maal PLN UIW Sulselbar kerap kali memberikan donasi berupa sembako kepada Kampung Amanah. Seperti kegiatan pembagian 500 sembako saat warga terdampak pandemi Covid-19.

“Suka cita dirasakan warga dhuafa di Kampung Amanah, usai mendapat paket sembako dari Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN UIW Sulselrabar. Betapa tidak, 500 paket sembako yang dibagikan secara cuma-cuma itu amat membantu warga menghadapi wabah virus corona,” dikutip dari liputan SINDOnews.com.
Ada pula rumah belajar yang merupakan teras atas rumah panggung salah satu ibu bernama Dg. Cayya. Rumah belajar ini mulai difungsikan pada 2017 yang dibantu pengadaannya oleh donasi sahabat NTS Peduli. Sahabat NTS Peduli aktif dalam kegiatan sosial berupa pemberian sembako dan kegiatan mengajar yang sering dilakukan di Kampung Amanah dengan bekerja sama dengan Komunitas IKASA Makassar.
Rumah belajar yang telah berdiri selama lebih 4 tahun ini, menjadi wadah pembangkit semangat anak-anak untuk tetap berpendidikan, belajar, dan berkarya. Semangat mereka terus dipantik dengan adanya program mengajar rutin dari komunitas IKASA Makassar yang dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu dengan membuka berbagai jenis kelas yang sering disebut sebagai ‘Cerita Amanah’.
Kelas-kelas tersebut antara lain kelas agama, seni, teknologi, kesehatan, lingkungan, dan baca tulis hitung. Adanya beraneka macam kelas ini sangat membantu menambah wawasan, kreativitas, inovatif, dan semangat.

Sebelum adanya, rumah belajar anak-anak sangat terbatas dalam memperoleh pendidikan dan wadah belajar. Hal itu dikarenakan mereka kekurangan biaya untuk sekolah, tidak termotivasi dan juga tuntutan orang tua yang menyuruh berjualan atau memulung ketimbang bersekolah. Sulitnya kehidupan mereka yang berada dibawah garis kemiskinan menjadikan Kampung Amanah terlihat kumuh dan memprihatinkan.
Pada 2016, komunitas IKASA Makassar pertama kali memasuki dan mengenal Kampung Amanah. Pada awalnya, IKASA Makassar mengadakan program sosial seperti pembagian sembako, edukasi, dan lainnya. Sampai pada akhirnya, karena melihat mayoritas anak putus sekolah, IKASA Makassar berinisiatif untuk membuat rumah belajar bagi anak-anak.
Atas inisiatif tersebut, mendorong lebih banyak lagi orang luar berkolaborasi dengan IKASA Makassar, ataupun menyalurkan donasi sembako, buku dan alat penunjang belajar. Hal-hal tersebut sangat membangkitkan semangat anak-anak untuk terus belajar dan punya rasa ingin tahu tinggi pada berbagai hal.

Raut wajah ceria anak-anak tak pernah hilang ketika mereka mengikuti kelas belajar. Sering kali mereka mempertanyakan hal-hal kecil yang membuat mereka penasaran saat belajar. Walaupun mereka masih sering bermain saat proses belajar mengajar, tetapi selalu menantikan waktu belajar.
Kampung Amanah juga sempat mendapat donasi dari relawan dari luar negeri, tepatnya Negara Jerman. Ms. Ebru Tumuklu merupakan relawan tersebut, awalnya melihat postingan cerita instagram IKASA Makassar mengenai ‘cerita amanah’, yang kemudian turut berempati atas kondisi anak-anak Kampung Amanah yang kurang berpendidikan.
Ms. Ebru berkolaborasi dengan IKASA Makassar pada program ‘Educare Project’. Ms. Ebru membuka donasi sebanyak 3 kali di Jerman, yang kemudian disalurkan kepada IKASA Makassar. Hasil donasi tersebut telah menjadi berbagai macam seperti alat tulis menulis, sepatu sekolah, buku.

Kampung Amanah yang berdiri di atas lahan sewa. Telah lama tersebar rumor di tengah-tengah masyarakat bahwa lahan yang mereka sewa sebagai tempat tinggal tersebut merupakan lahan sengketa. Berbagai kabar angin yang muncul menyatakan akan segera digusur.
Sebelumnya, Kampung Amanah sudah pernah digusur. Namun, penggusuran tersebut tidak keseluruhan dari kampung tersebut.
“Berdasarkan cerita dengan Dg.Cayya, dulu sebenarnya ada sekitar 63 keluarga dalam Kampung Amanah, namun penggusuran terjadi, hingga tersisa sekitar 40 keluarga,” ucap Renaldy.
Dulunya hanya berupa kabar angin, sekarang menjadi kabar nyata. Penggusuran kedua kalinya kembali terjadi, pada Senin-Selasa, 1-2 November 2021. Penggusuran ini merupakan penggusuran total yang artinya seluruh pemukiman akan diruntuhkan.

Seluruh warga kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran tersebut. Hanya tersisa Masjid Nurul Amanah yang tetap berdiri di antara ratanya reruntuhan bangunan dengan tanah. Masjid ini menjadi tempat pengungsian sementara warga pada saat itu. Rumah belajar anak-anak Kampung Amanah yang ikut tergusur hanya disaksikan oleh mereka tanpa bisa berupaya mempertahankannya.
Para warga tidak mempunyai hak protes akibat adanya bukti-bukti hukum yang dipegang oleh pemilik tanah yang berkuasa dan sah ketika melakukan penggusuran. Pada akhirnya, seluruh warga harus sabar menerima tempat tinggal mereka yang telah tergusur. Mereka selanjutnya berpisah-pisah dan mencari tempat tinggal baru. Kabarnya ada yang berpindah ke perkampungan lain dan ada pula yang berpindah ke rumah keluarganya.
Rumah belajar yang menjadi wadah anak-anak selama lebih dari 4 tahun hanya tinggal kenangan dan penggusuran tersebut menjadi titik akhir dari ‘Cerita Amanah’. Rumah belajar itu telah menjadi tempat menyalanya lilin-lilin kecil pada hati anak-anak amanah yang akhirnya menjadi api semangat yang membakar jiwa mereka untuk terus belajar.
Anak-anak yang tetap tersenyum lebar kala memulai pagi mereka dengan berjalan menuju rumah belajar untuk menambah sedikit ilmu. Mereka berlarian menyambut kakak-kakak untuk belajar di sore hari setelah pulang dari berjualan atau memulung pada siang hari yang terik.
Kampung Amanah tetap akan menjadi cerita hangat bagi semua orang yang pernah memasuki dan mengenal warga di dalamnya. Para komunitas, relawan, pejabat, instansi yang dulunya memiliki cerita di Kampung Amanah, banyak yang menyayangkan dan bersedih atas penggusuran yang terjadi.
Walaupun begitu, kita tetap berharap bapak, ibu, dan terlebih anak-anak di Kampung Amanah tidak putus harapan. Kita selalu berdoa mereka kelak akan menjadi orang-orang hebat dan terus berusaha menggapai mimpinya.
Salam rindu untuk Kampung Amanah.
Semoga bisa bertemu kembali.
Penulis Jauharah Rahadatul’aisy, mahasiswa Agroteknologi,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, sekaligu pemenang Juara Kedua Lomba Tulisan Feature Dies Natalis PK Identitas Unhas ke-47.