Penulis : Prof. DR. Amran Razak, SE, Msc
Penerbit: Sunrise
Editor : Zulkarnain Hamson & Andi Aisyah Lamboge
Jumlah Halaman : 215 halaman + xlii
Cetakan : Pertama, Mei 2018
“Sepertinya tak sempat kupikirkan, seandainya gerakan reformasi gagal, orde baru makin berjaya. Aku tak tahu, entah di mana diriku “digantung” atau “ditembak” salah satu kutipan dalam buku ini (Hal. 77).
Kesan pertama yang dirasakan pembaca ketika membaca judul buku yaitu mengembalikan ingatan dua dekade lalu. Tahun 1998 ditandai suatu peristiwa bangsa dengan tumbangnya rezim penguasa ‘Orde Baru’. Peristiwa itu tercatat rapi dalam buku 98-99 “Catatan Kemahasiswaan Seorang Pembantu Rektor”.
Buku ini merekam aksi yang mencekam ketika mahasiswa Unhas berhasil menduduki Bandara Hasanuddin Mandai. Dengan menaiki truk dan sepeda motor, mereka berhasil masuk melalui pintu cargo. Aktivitas penerbangan saat itu lumpuh dan aparat kepolisian bersenjata lengkap mengepung aksi ini.
Yang mengesankan, dalam buku ini diceritakan ketika peristiwa itu terjadi, Amran Razak selaku pembantu Rektor III berdiri tegak dengan bertelanjang dada rela mati demi mahasiswanya. “Tembak dulu diriku, baru kalian bisa menggilas mahasiswaku” teriakan lantang pria kelahiran Maros, dihadapan barakuda dilengkapi water cannon yang siap menyemprotkan gas air mata, ke arah kerumunan massa aksi.
Buku yang ditulis oleh Amran Razak, yang tak lain juga adalah mantan aktivis mahasiswa, mengulas catatan gerakan mahasiswa Unhas menentang kekuasaan Orde Baru. Kala itu gelombang demonstrasi bergulir diseluruh wilayah Indonesia. Termasuk bagian Indonesia timur yaitu Makassar dulunya Ujung Pandang.
Mahasiswa Unhas yang tergabung dalam Aksi Solidaritas (SOLID), setiap harinya menggelar aksi yang mengambil rute Jalan Perintis Kemerdekaan-Urip Sumoharjo-Gunung Bawakaraeng-Sudut Karebosi-Jenderal Sudirman lalu berhenti di Monumen Mandala.
Aksi yang menyuarakan reformasi mendasar dan menyeluruh mendapat dukungan dari berbagai pihak. Termasuk Amran Razak, yang kala itu juga ikut turun berdemo dengan mahasiswanya. Dukungan aksi ini mengalir sampai di kalangan masyarakat. Ketika massa bergerak menuju titik aksi, masyarakat ikut mendukung dengan mengulukan minuman sambil meneriakkan “Hidup Mahasiswa”.
Dukungan terus mengalir, hingga pimpinan Unhas dan fakultas turun dalam gerembolan jaket merah, mendukung penuh gerakan reformasi. Rektor kala itu dinahkodai Prof Rady A Gany memberikan pidatonya secara lantang. Oleh seorang mahasiswa aksi reformasi,menobatkan Prof Rady sebagai bapak reformis.
Dalam buku, penulis mencatat secara detail tempat konsolidasi. Guna membahas rencana aksi mulai dari pelataran Rektorat, rumah ketua lembaga, Kompleks Dosen Unhas Tamalanrea, hingga Ruangan PR III. Ini membuktikan betapa dekatnya Amran Razak dengan kalangan aktivis lembaga kala itu. Bukan hanya itu, PR III ini juga memfasilitasi mahasiswa dengan panglima kodam VII Wirabuana untuk pengamanan aksi. Selain aksi yang dilancarkan oleh SOLID mahasiswa Unhas, sebuah gagasan pokok-pokok pikiran dilahirkan dalam buku reformasi berjudul “Pekik Dari Seberang Lautan Yang Terjarah”. Karya dosen dan mahasiswa Unhas, yang merupakan gagasan pemikiran yang diramu oleh aktivis lembaga dengan dosen hingga guru besar. Ini menjadi buah intelektual untuk perubahan bangsa Indonesia.
Sepak terjang guru besar FKM ini, tercatat menjadi negoisator atas permasalahan yang melibatkan mahasiswa Unhas dengan beberapa pihak. Seperti Pihak Kapal Motor Bukit Siguntang yang meminta maaf kepada SOLID Unhas di media lokal maupun nasional karena sempat berjibaku memperdebatkan muatan kapal. Tak hanya itu, Amran Razak juga membantu mahasiswa Unhas menengahi persoalan yang berhadapan dengan pejabat Provinsi.
Buku ini menjadi lebih menarik, karena tidak hanya menggunakan sudut pandang penulis saja. Namun adanya kesaksian dari aktivis 98 Unhas menjadi poin yang mendebarkan. Mereka menceritakan aksi- aksi yang dilakukan SOLID mahasiswa Unhas dan pengawalan yang dilakukan oleh Pembantu Rektor III.
Kehadiran beberapa tokoh nasional di Unhas, ikut direkam dalam buku ini. Kehadiran Amien Rais di halamaan perpustakan Unhas dan Konser Musik Kantata Takwa di sudut area Fakultas Teknik. Kedatangaan Amien Rais, memberikan orasi politik dihadapaan sekitar 10.000 mahasiswa. Sedangkan Konser musik Kantata Takwa, di akhir juni 1998 ini diyakini untuk mengenang jatuhnya Soeharto, yang dirangkaikan dengan seminar “Arah Reformasi Indonesia ?”
Catatan kemahasiswaan pembantu Rektor, juga menuliskan aktifnya PR III unhas merespon permasalahan bangsa. Mereka terhimpun dalam Paguyuban Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan dan alumni se Makassar. Paguyuban ini mengeluarkan sikap penolakan terhadap keputusan MPR yang terkontaminasi demonstran.
Buku ini menceritakan segala bentuk hal yang dilakukan oleh Amran Razak dalam mengawal kemahasiswaan Unhas. Rekaman itu tersusun rapi dengan penyajian yang sederhana, didukung oleh pencatatan waktu dan dokumentasi foto dan diperkuat dengan wawancara dengan pelaku sejarah saat itu.
Dengan membaca buku ini, pembaca akan diperkaya pengetahuan seputar riak-riak menjelang lahirnya reformasi yang aktornya dari kalangan kampus. Buku ini sangat direkomendasikan untuk jadi rujukan bagi gerakan mahasiswa kini, sebagai asa tajam dalam mengkritik persoalan bangsa.
Penulis: Muh Nawir