“Unhas memiliki sumber daya yang bagus dan tidak kalah dengan sumber daya universitas di Pulau Jawa, yang kalah itu adalah fasilitas,” Dekan FEB, Prof Dr Abdul Rahman Kadir MSi.
Tiga minggu sejak perkuliahan dimulai, kabar datang dari Lantai Tujuh Rektorat. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas merencanakan perkuliahan semester ini akan dilaksanakan penuh secara luring jika tidak ada kasus Covid-19 yang terdeteksi (6/9). Hanya saja sebelum wacana diterapkan, terdengar keluhan dari mahasiswa akan kapasitas dan fasilitas ruang kelas yang tidak memadai.
Dikutip dari website identitasunhas.com, puluhan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas kesulitan dalam proses pembelajaran selama perkuliahan luring akibat ukuran ruang kelas yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa dalam satu kelas.
“Kapasitas ruangannya sekitar 50 orang sedangkan kelas itu harus diisi 80 hingga 100 orang,” ujar Yuan, salah satu Mahasiswa FISIP, (8/9).
Bukan hanya mahasiswa, Dosen Hubungan Internasional (HI), Atika Puspita Marzam S Ip MA juga merasakan hal yang sama. “Overcapacity di sini artinya mahasiswa masih muat untuk masuk ke dalam kelas, namun sangat berdempetan dan sulit berimprovisasi. Akhirnya, model perkuliahan lebih cenderung teacher centered,” ungkapnya, (16/9).
Saat diminta konfirmasi, Ketua Departemen HI, Drs Darwis MA PhD membenarkan hal tersebut. Kebijakan dari universitas menghimbau ruang kelas idealnya diisi 25 hingga 40 mahasiswa saja.
“Jumlah kelas dan mahasiswa saat ini di FISIP sudah tidak sebanding, bahkan ada kelas yang diisi 60 mahasiswa. Ruang Rapat Senat bahkan digunakan sebagai ruang kelas untuk mahasiswa kelas internasional,” jelas Darwis, (20/9).
Pihak FISIP sebenarnya telah membangun gedung baru setinggi tujuh lantai sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut, namun pembangunan berhenti di tahap pertama karena dana yang belum mencukupi.
Tak berbeda dengan FISIP, keluhan fasilitas kelas juga datang dari mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berinisial N. Ironisnya, mahasiswa di beberapa mata kuliah pilihan yang berjumlah masing-masing 43 sampai 60 orang, harus mengambil kursi dari kelas lain.
Namun, Ketua Departemen Biologi, Dr Magdalena Litaay MSc membantah permasalahan tersebut dan mengatakan bahwa kejadian itu bukanlah kelebihan kapasitas.
“Di Departemen Biologi itu tidak ada yang kelebihan kapasitas, karena kita mengatur ruangan itu sesuai dengan jumlah mahasiswa. Misalnya kemarin kita kuliah dengan menggabungkan dua kelas, jadi kita pindah ke Lecture Theater, sehingga pernyataan tersebut keliru jika dikatakan kelebihan kapasitas,” ucap Magdalena, (22/9).
Bukan hanya mahasiswa Unhas, mahasiswa universitas lain yang sedang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) turut merasakan ketidaknyamanan akibat kelebihan kapasitas kelas. Mahasiswa PMM Fakultas Hukum Unhas, Putri Dinisti Aininurisya dari Universitas Pekalongan, cukup terkejut akan ruang kelas yang tidak memiliki perbandingan yang sama dengan jumlah mahasiswa.
“Padahal penambahan dari mahasiswa PMM hanya tujuh orang. Namun, karena mahasiswa Unhas yang mengambil mata kuliah tersebut memang sudah banyak dan ukuran ruangan yang kecil, sehingga terkesan terlalu bertambah. Itu semua juga berakibat terhadap keefektifitasan belajar mengajar di kelas,” jelasnya, (17/9).
Melihat banyaknya keluhan terkait kapasitas dan fasilitas kelas yang tidak mumpuni, ternyata Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) telah berupaya lebih awal melakukan pencegahan. Dekan FEB, Prof Dr Abdul Rahman Kadir MSi, mengungkapkan pihak fakultas telah mengatur jadwal perkuliahan dengan melakukan simulasi agar kelebihan kapasitas dan penumpukan mahasiswa dalam kelas tidak terjadi.
FEB menerapkan pembatasan jumlah mahasiswa dalam ruangan yang hanya boleh diisi kurang dari 30 mahasiswa. Bahkan, untuk kuliah pengantar yang menggunakan kelas besar dengan kapasitas 90-an mahasiswa, FEB memilih untuk mencukupkan 75 hingga 80 mahasiswa saja.
“Physical finance dari ruangan harus bagus, bangku yang cukup, serta ruangan yang nyaman sangat mempengaruhi proses perkuliahan. Sehingga berawal dari ruang kelas, rasa percaya diri mahasiswa dapat terbangun,” ungkapnya, (22/9).
Pemenuhan kapasitas dan fasilitas yang layak merupakan suatu keharusan karena terkait dengan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Selain itu, sudah sewajarnya bagi Unhas yang menuju world class university menyediakan kebutuhan dasar dari ruang kelas tersebut. Banyak harapan agar kiranya Unhas segera berbenah.
Ysl, Han, Mrl.