Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Pendidikan Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Podcast dengan tema “Cleft Patient’s Smile Journey”. Podcast ini disiarkan secara daring melalui kanal Youtube resmi RSGM Unhas, Kamis (05/10).
Dipandu oleh drg Eka Widya Citra, podcast ini menghadirkan Direktur RSGM Unhas, drg A Tajrin MKes SpBMM Subsp COM (K) sebagai narasumber. Pada kesempatannya, Tajrin menjelaskan, ada dua celah bibir yang dikenal masyarakat.
Diantaranya, bibir yang bercelah dan langit-langit. Bibir yang bercelah ini bisa langsung dilihat baik dari satu sisi maupun dua sisi. Selain itu, ada langit-langit bercelah yang diketahui orang tua setelah anaknya lahir.
“Langit-langit yang bercelah yang biasanya diketahui oleh orang tua setelah anaknya lahir dan akan menyusui atau pada saat anaknya menangis sehingga langit-langitnya terlihat bercelah,” ujar Tajrin.
Pada kondisi yang lebih parah, celah tersebut berhubung langsung dengan hidung anak. Sehingga tidak hanya celah di bibir, hidungnya juga akan terlihat bercelah dan tidak normal.
Di indonesia, angka kejadian kasus seperti ini sekitar 1:700 dari bayi-bayi yang lahir. Sama dengan kawasan timur Indonesia lainnya, di Makassar angka kasus ini bisa mencapai dua dari 1000 penderita celah bibir.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkannya terjadi, diantaranya lingkungan dan genetik. Direktur RSGM Unhas ini menyebutkan, lingkungan dan genetik merupakan faktor yang paling tinggi berdasarkan hasil penelitian.
“Faktor lingkungan bisa terjadi karena trauma, misalnya pada saat trimester pertama, ibunya jatuh, ada infeksi pada saat bayi di dalam kandungan, pengaruh obat-obatan, gizi dan makanan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Tajrin menegaskan gizi memiliki peran yang sangat tinggi, terutama asam folat. Apabila kandungan asam folat tidak sesuai dan terpenuhi maka bayi kemungkinan lahir dengan keadaan cacat.
“Secara teori, celah bibir maupun langit-langit pada bayi pada bayi mulai terjadi dari minggu pertama sampai minggu ke dua belas dalam kandungan,” imbuhnya.
Jum Nabillah