Hampir di setiap kantin kampus, es teh menjadi salah satu menu andalan. Rasanya yang segar, harga ramah di kantong, serta ketersediaannya hampir selalu ada, membuat minuman ini menjadi primadona.
Tak heran, jika beberapa mahasiswa menjadikannya sebagai pendamping wajib setiap kali makan. Namun, di balik kesegarannya, es teh menyimpan sejumlah risiko kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Yuk simak wawancara khusus Reporter identitas, Wahyu Alim Syah bersama dengan Kepala Program Studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Abdul Salam SKM MKes, Kamis (28/08).
Bagaimana Anda melihat fenomena mahasiswa yang hampir setiap kali makan memilih es teh sebagai minuman pendamping?
Sebenarnya tidak ada masalah dengan fenomena ini, namun tetap perlu kehati-hatian. Es teh kantin biasanya sudah mengandung gula dengan kadar cukup tinggi dan jika dikonsumsi terus-menerus. Minuman tersebut bisa meningkatkan kadar gula darah yang berisiko menyebabkan diabetes, kenaikan berat badan, hingga obesitas.
Apakah es teh bisa menimbulkan ketergantungan atau hanya sekadar kebiasaan konsumsi biasa?
Es teh sebenarnya tidak selalu buruk, ada juga sisi positifnya karena mengandung polifenol, senyawa antioksidan yang bermanfaat untuk menangkal radikal bebas penyebab kanker.
Namun, es teh bisa menimbulkan masalah ketika dicampur dengan gula secara berlebihan. Hal tersebut berbahaya jika dikonsumsi terlalu sering.
Jadi, kita boleh saja minum es teh, asalkan gulanya tidak berlebihan.
Kalau dikonsumsi dalam jangka panjang, apa dampak es teh terhadap tubuh?
Es teh sebenarnya mengandung kafein, meskipun lebih rendah dibanding kopi. Zat tersebut bisa mengganggu kualitas tidur jika diminum terlalu sering.
Selain itu, es teh bisa menghambat proses penyerapan zat besi. Hal ini akan memperparah kondisi orang-orang yang mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah.
Tidak hanya itu, es teh yang pekat mengandung oksala, asam organik yang ditemukan pada tumbuhan. Bila bertemu dengan kalsium dalam tubuh, zat itu bisa membentuk kalsium oksalat yang menumpuk di ginjal.
Kalau terus-menerus terjadi, risiko terbentuknya batu ginjal akan semakin besar. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan konsumsi hampir satu liter teh pekat setiap hari bisa meningkatkan risiko gagal ginjal.
Apakah waktu konsumsi es teh juga berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi?
Betul. Sebaiknya, es teh tidak diminum langsung setelah makan, terutama bila menu makanan kita banyak mengandung zat besi karena penyerapannya menjadi tidak optimal.
Sebaiknya beri jeda waktu 1-2 jam setelah makan. Dengan begitu, nutrisi yang masuk bisa terserap dengan baik dan manfaat es teh tetap bisa diperoleh, tanpa mengganggu metabolisme tubuh.
Lalu, apa alternatif minuman sehat yang bisa dipilih mahasiswa selain es teh?
Alternatif paling sederhana adalah air putih. Selain murah, air putih berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kalau ingin minuman yang lebih bervariasi, mahasiswa bisa memilih jus buah segar seperti es jeruk. Harganya tidak jauh berbeda dari es teh, tetapi manfaatnya jauh lebih besar.
Es jeruk justru membantu penyerapan zat besi dalam tubuh, berkebalikan dengan es. Jadi, bagi mahasiswa yang anemia, jus jeruk bisa menjadi pilihan lebih sehat.
Dalam jangka panjang, memilih minuman tepat akan membuat kita lebih hemat karena bisa mencegah biaya pengobatan akibat penyakit yang ditimbulkan.
Apakah mengganti es teh manis dengan es teh tawar bisa menjadi solusi?
Iya, itu lebih baik. Es teh tawar atau teh tanpa gula jelas lebih aman karena tidak menambah kalori berlebih.
Namun, tetap saja jangan terlalu sering dan terlalu pekat. Kalau untuk minuman utama saat makan, sebaiknya tetap air putih. Teh bisa dijadikan selingan, misalnya di sela-sela waktu.
Mungkin awalnya terasa aneh karena lidah sudah terbiasa dengan rasa manis, akan tetapi lama-kelamaan tubuh akan menyesuaikan. Hal itu jauh lebih sehat dibanding memaksakan diri terus-menerus minum teh manis.
Apa pesan utama yang ingin Anda sampaikan kepada mahasiswa terkait kebiasaan minum es teh ini?
Pesan saya sederhana, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk es teh.
Tidak ada salahnya sesekali kita minum es teh, akan tetapi tidak setiap saat. Jika setiap makan selalu ditemani es teh, menurut saya, hal tersebut bisa dibilang berlebihan.
Cobalah melakukan diversifikasi dalam memilih minuman. Kadang minum air putih, kadang jus buah, sesekali baru es teh.
Dengan pola seperti tersebut, kesehatan bisa lebih terjaga dan mahasiswa tetap bisa menikmati variasi rasa, tanpa mengorbankan kondisi tubuh di masa depan.
Informasi Narasumber:
Dr Abdul Salam SKM MKes
Kepala Program Studi Ilmu Gizi
Riwayat Pendidikan
Universitas Hasanuddin 2005
Gizi Masyarakat
Universitas Hasanuddin 2009
Gizi Masyarakat
Institut Pertanian Bogor 2019
Gizi Manusia
Penulis: Wahyu Alim Syah
