Sabtu, 13 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Ulasan Civitas

Keluarga Cemara, Kisah Sederhana yang Menyayat Hati

20 Januari 2019
in Civitas, Headline, Resensi
Keluarga Cemara, Kisah Sederhana yang Menyayat Hati

Istimewa

Editor Khintan

“Kalau kita semua tanggung jawab abah, abah tanggung jawab siapa?” – Euis

Generasi 90-an pasti tidak asing lagi dengan kisah Abah, Emak dan anak – anaknya. Sinetron karya Arswendo Atmowiloto itu sangat populer di tahun 1996-2005. Setelah 14 tahun tamat, sinetron berjudul Keluarga Cemara tersebut kini hadir dengan versi yang lebih modern dan segar di layar lebar.

BacaJuga

Belajar Budaya Lokal dengan Cara Seru Bersama Etno Adventure

Etanol dalam Bahan Bakar, Aman atau Berisiko?

Dalam film ini, Visinema Pictures mempercayakan Yandi Laurens sebagai sutradara. Kemudian, Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir sebagai Emak, Adhisty Zara “JKT48” sebagai Euis dan Widuri Puteri sebagai Ara.

Film tersebut dibuka dengan penggambaran sosok Abah yang jarang meluangkan waktu bagi anaknya. Misalnya, saat Euis tampil di kontes modern dance sekolahnya. Ia sangat berharap Abah datang dan menonton pertunjukkan itu. Namun, hingga penampilannya selesai, kursi yang telah disediakan untuk Abah tak kunjung terisi.

Maklum, sosok Abah yang bekerja di perusahaan konstruksi membuatnya menjadi orang sibuk. Susah meluangkan waktu, termasuk bagi anaknya. Selain itu, untuk menegaskan keharmonisan keluarga ini Emak ditampilkan sebagai ibu rumah tangga yang bahagia.

Kemudian, Euis bersekolah di SMP favorit dan aktif dengan modern dance nya sedangkan Ara, siswa SD dengan kepribadian polos dan ceria. Tak lama setelah keharmonisan itu dipertontonkan, tiba-tiba saja alur ceritanya berubah. Masalah mulai muncul secara perlahan.

Kehidupan nyaman mereka berubah 180 derajat tepat di hari ulang tahun Euis. Hari itu rumah mereka disita akibat Abah yang ditipu iparnya sendiri. Abah pun mengajak keluarganya pindah ke rumah warisan yang sangat jauh dari kota.

Semuanya mulai berubah. Pun mereka mesti menerima dan berdamai dengan keadaan serta diri mereka sendiri. Hidup yang dulu serba mudah, berubah menjadi serba susah. Euis yang dulunya bersekolah di SMP favorit mesti pindah ke sekolah yang biasa-biasa saja.

Lebih jauh, ia harus kembali beradaptasi dengan teman-teman di sana. Dan beradaptasi dengan anak ‘desa’ bagi anak kota seperti Euis tidak lah mudah. Akan tetapi, teman-teman yang baik dan ramah serta dengan senang hati mau membantu Euis, mempercepat dan mempermudah proses beradaptasi itu.

Kemudian, Abah juga harus bekerja sebagai tukang bangunan untuk menghidupi Emak, Euis, dan Ara. Saking kerasnya bekerja, Abah sempat terkena musibah di tempat kerja barunya itu. Kira-kira apa, ya? Hmm,buruan ke bioskop, hehehe.

Baik, lanjut. Emak, sebagai istri yang baik dan sayang keluarga, juga mencoba membantu Abah untuk menghasilkan uang bagi keluarga kecil mereka. Ia menjual opak, sejenis kerupuk emping.

Euis juga membantu Emak untuk memasarkannya di sekolah barunya itu. Meski di awal, Euis masih malu-malu dan sungkan menjual opak di Sekolah, namun berkat kedua teman perempuannya, ia akhirnya mulai terbiasa melakukan itu.

Selanjutnya, Ara. Meski Ara masih anak-anak, bukan berarti ia tak merasakan kesusahan apa pun. Dalam suatu dialog, terungkap bahwa Ara mesti menempuh perjalanan yang jauh untuk mencapai sekolahnya dengan berjalan kaki setiap hari. Tak seperti dulu, kala Abah masih memiliki mobil. Sehingga bisa mengantarnya setiap hari.

Baiknya, Ara tak pernah mengeluhkan itu sebab memang tidak ada scene yang diperlihatkan terkait hal tersebut. Hal itu sepertinya untuk mempertegas karakter Ara sebagai anak yang manis dan baik hati. Dan bagiku itu berhasil. Ara memang selalu tampil sebagai penyejuk bagi beberapa masalah yang dialami Abah, Emak, dan kakaknya-Euis-.

Film bertema keluarga ini tak hanya menyajikan kisah sedih dari keluarga yang bangkrut. Tetapi, tambahan bumbu komedi, membuat film ini terasa makin pas. Pas buat ditonton bersama keluarga dan sahabat terdekat.

Yang paling sering mengocok perut tentu saja peran Ceu Salma yang dimainkan Asri Welas. Pakaian, mimik wajah, dan beberapa dialognya berhasil membuat penonton tertawa.

Dari cerita sedih yang berhasil membuat menangis dan kelucuan yang berhasil membuat tertawa, tetap saja ada kejanggalan dalam film ini. Hal ini terlihat ketika Abah masih berharap ketika masalahnya di kota bisa cepat selesai dengan bantuan pengacara. Namun kehendak berkata lain. Abah mendapat kabar bahwa kasusnya tidak dapat diselesaikan padahal menurut Abah harta mereka semuanya ada di rumah itu.

Ketika mendengar kabar ini, Abah yang berada di atas pohon-sebab sinyal hp hanya ada di atas pohon yang terletak di pekarangan rumah mereka-sementara itu, Emak, Euis dan Ara dengan wajah sumringah dan penasaran ingin segera mengetahui bagaimana perkembangan kasus tersebut.

Melihat wajah penasaran itu membuat Abah terpaksa berbohong mengenai kasusnya yang tidak selesai. Tapi di adegan selanjutnya Abah menceritakan tentang kebenaran kabar tersebut. Jadi untuk apa Abah berbohong jika pada adegan selanjutnya secepat kilat semuanya dibuka?

Meski begitu, film berdurasi 110 menit itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mempertegaskan makna sebuah keluarga. Apa pun dan di manapun serta sesusah apa pun keadaannya, semua akan terlewati dan terasa nikmat ketika menghadapinya bersama keluarga tercinta. Selamat menonton.

Data Film

Judul              : Keluarga Cemara

Produksi         : Visinema Pictures

Sutradara       : Yandi Laurens

Durasi             : 110 menit

Nidha

Tags: Resensi film
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Prof Nasir: Jangan Sampai Mahasiswa Terkatung-katung Akibat Bencana, Sehingga Berhenti Kuliah

Next Post

Kepala Bagian Minat Unhas Apresiasi Karya UKM KPI Setahun Terakhir

Discussion about this post

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In