Kebanyakan orang memang mengatakan kalau dia sangat peduli terhadap kemiskinan, namun hanya sebagian orang yang mampu membuktikan dengan perbuatan. Nah untuk membahas hal tersebut, Keluarga Mahasiswa Sosiologi (Kemasos) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar diskusi sosiologi, Kamis (14/12).
Mengangkat tema “Kemiskinan Struktural dan Kultural di Perkotaan”, diskusi ini dilaksanakan di Taman Sospol, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas. Acara yang dimulai sekitar pukul 14.00 Wita ini, mendatangkan pematerinya dosen sosiologi Unhas, Dr Ramli At dan Syamsyddin Simmau SSos MSi dan Badai Anugrah (Walhi Sulsel).
Dalam pemaparan materinya, Syamsuddin mengatakan bahwa kaum kapitalis yang membagi antara kaum miskin dan kaum kaya. Dia juga menjelaskan kaum kapitalis menggolongkan orang miskin dari segi penghasilannya perhari, dimana orang miskin itu berpenghasilan tidak lebih dari dua dollar. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kemiskinan dari segi struktural itu harus diselesaikan secara bersama.
“Saya ambil contoh di Tempat Pembuangan Sampah ( TPA) Makassar, disana ada pemukiman yang penduduknya memiliki penghasilan 50 ribu perhari, jadi dari segi uang mereka tidak miskin,” Ujar Syamsuddin.
Disisi lain Dr Ramli menjelaskan bahwa kemiskinan dari segi kultural, disamping ada faktor internal ternyata ada faktor eksternal yang mempengaruhinya. “Kemiskinan juga bisa dikatakan sebagai kultural. Kemiskinan dari segi kultural, ada faktor diluar dari faktor internal yang mempengaruhi kemiskinan,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan agenda mingguan Kemasos Fisip Unhas.
Reporter: Wandi Janwar