Kemendikbud mendukung pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan memberi bantuan kuota data. Banyak mahasiswa Unhas belum terdata sebagai penerima.
Pagi hari, grup Whatsapp kelas mulai riuh. Dosen menginformasikan kuliah dimulai 30 menit lagi. Mahasiswa diminta membaca bahan ajar sebelum kelas berlangsung agar pembelajaran via Zoomberjalan efektif.
Begitulah gambaran kelas daring selama masa pandemi Covid-19. Pembelajaran mengandalkan jaringan internet yang bisa dilakukan di mana saja. Namun, harus memiliki kuota data untuk hadir di kelas.
Kemendikbud berinisiatif memberikan bantuan kuota data kepada semua lembaga pendidikan, termasuk universitas. Para dosen juga mahasiswa akan diberi kuota sebanyak 50 Gb. Ada 5 Gb kuota umum dan sisanya khusus untuk mengakses Zoom, Google Meeting serta aplikasi belajar lainnya. Pencairan bantuan ini dilakukan selama empat bulan, mulai dari September.
Sayangnya saat diterapkan, banyak mahasiswa Unhas yang tidak mendapatkan bantuan kuota data. Mirisnya, ada alumni yang masih masuk dalam daftar penerima bantuan pemerintah.
Gloria Tiara Solon, mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan mengatakan ia telah melakukan semua prosedur untuk mendapat bantuan kuota data. Namun, hingga kini tak menuai hasil.
“Saya dapat informasi ada bantuan kuota lewat grup angkatan. Lalu, mendaftar di jurusan dan update Neosia. Nyatanya, sampai sekarang belum dapat,” ujar mahasiswa angkatan 2019, Kamis (29/10).
Hal yang sama dirasakan oleh Lutfiah Humairo, Mahasiswa angkatan 2019 Sastra Jepang ini juga telah mengikuti prosedur. Tapi, hasilnya nihil.
Kisah lain datang dari Risal mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan. Ia sempat kecewa tidak mendapat bantuan kuota data di September. Padahal, sudah mengikuti semua alur pendaftaran. “Alhamdulilah. Bantuan kuota datanya masuk di Oktober. Pembagian bulan pertama belum rezeki,” katanya, Kamis (29/10).
Kejadian yang unik terjadi pada alumni Unhas yang telah menyelesaikan studi S2nya Ramdha Mawaddha SSi MLing. Meski telah lulus dari Jurusan Pengelolaan Lingkungan Hidup Juni lalu, ia masih dapat bantuan kuota data.
“Saya heran kenapa bisa dapat bantuan kuota. Padahal, sudah bukan mahasiswa dan tidak pernah mendaftar juga perbarui data di neosia,” tuturnya, Jumat (6/11).
Beragam permasalahan mendapat tanggapan dari pihak jurusan. Ketua Jurusan Ilmu Teknologi dan Pangan Februadi Bastian STP MSi menyatakan bahwa ia telah mendengar keluhan dari mahasiswa.
“Minggu lalu ada beberapa mahasiswa yang menghadap karena belum dapat bantuan. Saya sudah teruskan informasi ini ke pihak rektorat. Namun, solusinya hanya diminta update neosia saja,” ungkapnya, Rabu (11/11).
Penyataan lain datang dari Ashury ST MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kelautan. “Di jurusan kami belum ada mahasiwa yang komplain. Ini kan hak mahasiswa untuk menerima bantuan, harusnya kalau tidak dapat mesti disampaikan,” terangnya, Kamis (12/11).
Sedangkan di Sastra Jepang, Sekretaris Jurusan Yunita El Risman SS MA menyatakan ia telah mendengar keluhan dari mahasiswa.“Saya sudah laporkan ke fakultas. Hanya disuruh untuk menunggu saja,” tuturnya, Selasa (3/11).
Melihat banyaknya keluhan yang ada, Dr Eng Muhammad Niswar ST Minfo Tech angkat bicara. Direktur dan Kepala sub-direktori Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Unhas ini menjelaskan alur data bantuan kuota yang dikumpul di jurusan.
Niswar menjelaskan, data yang telah ada di Neosia diteruskan ke Dikti. Kemudian, nomor para mahasiswa dikirimkan ke provider agar mendapat bantuan kuota. Jika ada perubahan data, pihak Unhas tidak bisa memastikan Dikti akan mengubahnya juga.
“Jika mahasiswa salah memasukkan data, misalnya nomor provider tidak ada jaminan data yang diperbaharui juga diubah oleh Dikti. Selain itu, alumni yang baru lulus tahun ini juga mungkin dapat bantuan karena masih ada di Neosia. Kita tidak tau bagaimana pendataan dari Dikti,” ucapnya, Senin (16/11).
Rsm, M108/Ask