“Jangan pernah sebut dia IDIOT!”
Kutipan singkat tersebut merupakan penggalan kalimat novel Kenang Langit yang menyiratkan tentang eratnya persahabatan antara manusia, meski di tengah perbedaan dan kekurangan masing-masing.
Melalui buku terbitan Zettu tahun 2014, sang penulis, Kirana Kejora mencoba menarasikan kisah perjuangan dan persahabatan antar anak manusia yang tidak memandang perbedaan dan kekurangan sebagai sebuah masalah serta batasan dalam sebuah ikatan dalam meraih cita-cita.
Cerita pada novel ini berfokus kepada Langit, seorang anak penjual aksesoris kerang dari Anyer yang tidak kenal lelah dalam berjuang untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sembari merawat sang ibu yang lemah karena sering terkena penyakit.
Perjuangannya keluar dari kemiskinan, gejolak mental akibat patah hati, hingga lika-liku yang dihadapi sebelum akhirnya bangkit dari masa-masa sulit dan berbagai cobaan, membuat cerita Kenang Langit layak untuk dibaca.
Dalam kisahnya, Langit ditemani oleh beberapa orang sahabat yang setia menemaninya di tengah berbagai keadaan.
Ada Kenang, seorang anak berkebutuhan khusus, namun tetap peduli kepada Langit dan selalu semangat dalam membantu Langit tanpa meminta imbalan.
Selanjutnya Rubi, seorang pelukis tato dengan penampilan ala rocker yang selalu percaya diri dan dapat diandalkan kapan saja serta siap sedia menemani di segala situasi.
Selain itu, terdapat pula Ali, teman sekolah Langit yang siap sedia membantu dan tidak lelah untuk menasihatinya kapanpun.
Mereka berempat merupakan sahabat yang saling melengkapi, kapanpun dan dimanapun, tanpa memperdulikan perbedaan, utamanya dalam menjaga dan membimbing Kenang agar dapat menjadi manusia mandiri dan lebih baik.
Meskipun begitu, beragam konflik tetap muncul akibat watak masing-masing, mulai dari Langit yang terlalu keras ke Kenang dalam beberapa kesempatan, saling adu mulut, serta beragam dinamika lainnya.
Namu, berbagai konflik tersebut tidaklah menjadi masalah yang berarti bagi persahabatan mereka dan tetap saling menjaga serta melengkapi meskipun menghadapi berbagai kesulitan.
Dalam perjalanannya, selain konflik dengan sahabat-sahabatnya, Langit juga menghadapi berbagai cobaan. Ia bahkan sempat menginap di penjara akibat laporan tidak jelas kebenarannya.
Namun, Langit menghadapi semua itu dengan sabar dan tekun. Meskipun begitu, mentalnya sempat jatuh, tetapi pada akhirnya ia berhasil untuk bangkit kembali dengan tekad dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, utamanya dari ibu dan sahabatnya, Kenang.
Semua itu menjadi bahan bakar bagi Langit untuk terus berjuang agar dapat keluar dari keadaan sulit, sekaligus membanggakan orang-orang yang telah mendukungnya hingga ia pada akhirnya bisa meraih kesuksesan.
Novel ini tidak hanya sekadar menjadi sebuah kisah, tetapi menjadi cerminan dan pelajaran bagi pembaca, di mana sang penulis memberikan pesan kepada pembaca dengan kisah persahabatan empat anak kampung yang berteman dan saling mengisi meski dengan berbagai keterbatasan.
Kisah mereka ini menyiratkan, perbedaan dan kekurangan bukan menjadi sebuah kehinaan yang harus dihindari. Namun, justru sebaliknya, hal itu menjadi sebuah keindahan luar biasa bila kita lebih dapat membuka dan menerima perbedaan.
Kisah antara Langit dan Kenang ini juga, secara tidak langsung menyelipkan pesan terkait indahnya memanusiakan manusia, di mana Langit tetap menerima bahkan membimbing Kenang agar lebih mandiri dan tidak bergantung terus-menerus dengan orang lain.
Di samping kisah persahabatan menyentuh, novel ini juga mengangkat kisah perjuangan dari sang tokoh utamanya, Langit untuk keluar dari situasi yang mencekik, sekaligus meraih mimpinya di tengah berbagai kesulitan dalam hidup.
Selain itu, Kenang Langit menyelipkan informasi-informasi menarik oleh penulis dengan berbagai topik yang tidak hanya sekadar informasi, tetapi memiliki hubungan erat dengan perjalanan tokoh dalam novel ini.
Diselipkan pula kisah orang-orang yang memiliki keterbatasan, namun tetap dapat bangkit dan berkorelasi dengan kisah persahabatan Langit Kenang.
Metode penyampaian ini berhasil dan terkesan tidak terlalu memaksakan karena informasi-informasi yang dihadirkan erat kaitannya dengan setiap tokoh.
Kenang Langit memberikan pesan bahwa sebagai manusia, kita sudah sepatutnya memanusiakan sesama tanpa membeda-bedakan, baik itu dari fisik, ekonomi, dan sebagainya. Ini sekaligus juga menjadi pengingat pentingnya perjuangan dalam meraih mimpi.
Hidayat Mahdi Pahany
