Di tengah lonjakan Covid-19, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sangat penting. Disamping berbagai cara dan inovasi pemerintah dalam pencegahan, yang dimulai sejak awal munculnya virus ini akhir 2019 sampai sekarang, sialnya belum menimbulkan efek yang besar.
Bahkan saat ini, pemerintah memunculkan istilah baru, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang mulai diterapkan akibat kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Masalah ini cukup rumit dan kompleks sehingga harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah maupun masyarakat dalam meredam ganasnya virus ini. Sesungguhnya untuk memecahkan persoalan ini pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama, pemerintah mengeluarkan aturan dan masyarakat mematuhinya.
Namun aturan yang berlaku, tidak sepenuhnya dilaksanakan sehingga kepatuhan warga dalam menerapkan protokol kesahatan mengalami kemerosotan. Dikutip dari laman resmi RRI Makassar, survei per tanggal 23 Oktober 2020 dari Tim Konsultan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Selatan memperlihatkan penurunan kesadaran warga mematuhi protokol kesehatan termasuk memakai masker, terekam pada pemantauan diberbagai titik keramaian.
Akibat ketidakpatuhan protokol kesehatan pada akhir 2020 berimbas pada meningkatnya kasus Covid-19. Melansir laman resmi antaranews, perkembangan situasi Covid-19, Sabtu data per 9 Juli 2021 (hari ke-477) tercatat jumlah terkonfirmasi positif secara akumulasi sebanyak 67.279 kasus dengan penambahan 511 pasien baru dari 2.248 diperiksa.
Kota Makassar memberi kontribusi cukup besar berjumlah 238 kasus, menyusul Kabupaten Gowa 35 kasus, Jeneponto 29 kasus, Sinjai 26 kasus, Luwu Timur 25 kasus Tana Toraja 22 kasus dan Sidrap 21 kasus.
Kota Parepare dan Kabupaten Luwu Utara 16 kasus. Kota Palopo 15 kasus, Kabupaten Soppeng 14 kasus, Kabupaten Pangkep dan Pinrang 13 kasus. Kabupaten Kepulauan Selayar 12 kasus, Maros 11 kasus, Wajo 3 kasus dan Takalar 2 kasus baru.
Peningkatan kasus Covid-19 di atas menggambarkan kondisi masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker yang menurun dan diikuti tren pada kesadaran menjaga jarak yang ikut kendur. Padahal kepatuhan dalam protokol kesehatan adalah kunci mengurangi penyebaran virus.
Berdasarkan portal RRI Makassar pada akhir 2020 lalu mengungkapkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan masker pada awal pandemi berkisaran 81 persen kini menurun menjadi sekitar 77 persen.
Tren masyarakat yang kurang mematuhi protokol kesehatan patut menjadi kajian dalam mengetahui sebab akibat dari fenomena tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Andi Suci Lestari yang mengkaji Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Terhadap Penggunaan Masker dalam Pencegahan Covid-19 di Kecamatan Biring Kanaya Kota Makassar Tahun 2020.
Dari hasil penelitian mengungkap beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan di antaranya faktor pengetahuan, sikap, fasilitas dan komitmen (kebijakan) pemerintah.
Ditinjau dari segi pengetahuan, masyarakat khususnya Kecamatan Biring Kanaya Kota Makassar telah mengetahui berbagai hal terkait Covid-19 seperti bahaya, penularan, dan pencegahan Covid-19. Sialnya, masih ada masyarakat yang abai protokol kesehatan meskipun telah mengetahui dampak dan pencegahannya.
“Tingkat pengetahuan masyarakat sudah cukup baik terkait Covid-19, baik dari segi penularan maupun segi pencegahannya. Namun, masih ada saja masyarakat tidak patuh menggunakan masker,” dikutip dari hasil penelitian Andi Suci Lestari.
Suci begitulah dia disapa, menggunakan teknik wawancara mendalam (In Depth Interview) dalam mengetahui sikap masyarakat di Kecamatan Biring Kanaya. Maka diperoleh kesimpulan, kebanyakan masyarakat tidak begitu yakin akan keberadaan Covid-19 ini, saat diarahkan untuk menggunakan masker mereka bersikap positif. Tetapi dalam penerapannya mereka masih belum patuh.
“Sikap masyarakat yang cenderung mengabaikan penggunaan masker ini disebabkan mereka sudah jenuh dengan pemberlakukan protokol kesehatan khususnya penggunaan masker sejak Maret 2020,” tulis dari skripsi yang terbit 2020 lalu.
Ditambah masyarakat juga mulai berspekulasi Covid-19 ini sesungguhnya tidak ada, hanya permainan politik oleh oknum-oknum tertentu.
Selain faktor pengetahuan dan sikap, fasilitas juga mempengaruhi masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Keterjangkauan masker yang mudah didapatkan nyatanya tidak menimbulkan efek bagi masyarakat untuk menggunakan masker setiap saat.
Keadaan lain yakni kebijakan pemerintah. Meskipun berbagai kebijakan pemerintah terhadap masyarakat seperti sosialisasi, edukasi dan peraturan PSBB, kembali masih ada masyarakat yang tidak patuh.
Saat diwawancarai, mahasiswa angkatan 2017 ini mengatakan keempat faktor di atas tentu mempengaruhi kepatuhan masyarakat. Walaupun keempat unsur tersebut telah terpenuhi pada masyarakat namun efek kepatuhan terhadap masyarakat masih sangat kurang.
“Meski telah mengetahui berbagai hal tentang Covid-19, masih ada masyarakat yang tidak patuh menggunakan masker, apalagi dengan keterjangkaun masker yang diberikan secara cuma-cuma sebagai bentuk komitmen pemerintah,” tegas Suci kembali, Senin (12/7/2021).
Mengharapkan pemerintah dalam menekan angka peningkatan Covid-19 sangat utama, dengan cara mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak. Itu akan sia-sia bila tidak adanya kesadaran pada masyarakat.
Reporter : Haerunnisa