Mongabay Indonesia menyelenggarakan Webinar bertema Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Sulsel. Kegiatan berlangsung via Zoom Meeting, Selasa (21/07).
Acara ini dimoderatori Mohammad Khomeiny, dan mengundang pemateri diantaranya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Ir Sulkaf S. Latief MM, Dosen Ekologi Laut dan Pesisir Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas, Dr Syafyudin Yusuf, Dosen Gizi Poltekkes Kemenkes Mamuju, Nurbaya SGz MGizi dan Peneliti Blue Forests, Yusran Nurdin Massa.
Saat membawakan materi Peneliti Blue Forests, Yusran Nurdin mengatakan Pandemi Covid-19 ikut mengguncang perekonomian masyarakat pesisir Sulsel, untuk itu kebijakan yang dibuat pemerintah diharapkan dapat lebih responsif dan adaptif terhadap kondisi masyarakat pesisir.
“Pandemi mengakibatkan penurunan harga ikan dan ekspor keluar negeri, sehingga pendapatan nelayan menurun. Akibatnya ketahanan pangan masyarakat rentan,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Dosen FIKP Unhas, Dr Syafyudin, ia menuturkan ada ironi yang dihadapi masyarakat pulau karena dengan keragaman kehidupan laut, masyarakat masih saja miskin. “Pemanfaatan sumber daya alam masih terbatas, dan masih dimanfaatkan secara tradisional,” ucapnya.
Selain itu, ia menjelaskan pemerintah harus memperluas kawasan konservasi dan memanfaatkan kawasan tersebut sebagai penyedia bibit ikan.
“Rekomendasi kebijakan pangan dan ekonomi laut saat pandemi adalah, pengembangan komoditas laut, memberdayakan pengetahuan terkini bagi nelayan dan penyerapan teknologi baru,”jelasnya
Dosen Gizi Poltekkes Mamuju, Nurbaya mengungkapkan masalah yang dihadapi masyarakat pesisir adalah akses terhadap makanan. “Dengan adanya pandemi, penghasilan berkurang dan daya beli rendah. Inilah faktor yang mengakibatkan kekurangan pangan dan masalah gizi di masyarakat pesisir,” jelasnya.
Menurutnya, media perlu mengangkat isu tentang ketahanan pangan dan gizi, sehingga masyarakat umum dapat lebih peduli dengan kondisi masyarakat pesisir.
M120