Judul : Ketika Berhenti di Sini
Sutradara : Umay Shahab
Genre : Drama, Romance
Penulis Skenario : Alim Sudio, Umay Shahab, Monty Tiwa
Pemeran Utama : Prilly Latuconsina, Bryan Domani, dan Refal Hady
Tayang Perdana : 27 Juli 2023
Durasi : 102 Menit
“Kematian hanyalah perpindahan, bukan perpisahan.”
Penggalan kalimat yang Ed (Bryan Domani) ucapkan kepada Dita (Prilly Latuconsina) saat mereka sedang mengobrol tentang kematian. Mendengar ucapan tersebut, mungkin dapat diartikan bahwa kematian hanya berupa perpindahan raga semata, tetapi tidak untuk kenangan yang pernah terjadi.
Setiap orang pasti akan berhadapan dengan kematian dan tak dipungkiri orang yang ditinggalkan akan bereaksi kaget, duka, bahkan denial yang membuat mereka sulit move on. Apalagi jika orang yang ditinggalkan merasa dirinya penyebab kematian orang tersebut.
Film yang disutradarai oleh Umay Shahab ini mengundang tangis haru sebagian besar penontonnya. Film ini berceritakan Dita, seorang pekerja desain grafis, yang bertemu dengan Ed, arsitek muda. Pertemuan mereka diwarnai dengan kesalahpahaman, namun, dari kesalahpahaman tersebut mereka lama-kelamaan menjadi dekat dan menyadari kecocokan satu sama lain.
Ed yang menyukai teka-teki selalu membuat tantangan untuk Dita apabila mereka ingin bertemu. Dita menjalani segala tantangan tersebut dengan penuh keceriaan. Ed yang penyabar mampu mengimbangi Dita yang blak-blakan dan tegas. Dari situ keduanya pun menjalin hubungan dengan segala janji yang Ed buat.
Empat tahun berlalu, Ed semakin sibuk dengan segala pekerjaannya dan mapan sebagai pemilik perusahaan arsitektur. Berbeda dengan Ed, Dita baru merintis kariernya. Dengan sifatnya yang kompetitif, mudah iri, dan minder membuat Dita semakin tertekan.
Hal itu berbuntut panjang kepada kerenggangan hubungan mereka. Keduanya bertengkar hebat, Dita mengeluh tentang keminderannya dan protes atas janji Ed di awal hubungan mereka yang dia rasa tak ditepati. Namun, Dita tidak menyangka pertengkaran itu menjadi momen terakhirnya bersama Ed.
Dita dengan segala sisi kerapuhannya diselimuti perasaan bersalah selama bertahun-tahun. Dia selalu merindukan sosok Ed dan tidak bisa move on walaupun sedang menjalin hubungan dengan Ifan (Refal Hady), salah satu sahabat dekatnya yang menyukai Dita sejak lama.
Mereka menjalin hubungan layaknya pasangan yang saling mencintai. Akan tetapi, semenjak Dita menerima hadiah kacamata putih berteknologi augmented reality (realitas berimbuh) pemberian dari Ed membuat kondisinya berubah. Hal itu karena, sosok virtual Ed dapat dimunculkan apabila kacamata itu digunakan. Dari perasaan yang awalnya ketakutan berubah menjadi kecanduan.
Dita sedikit banyak berhalusinasi terhadap sosok virtual Ed tersebut yang berdampak pada terganggunya kesadaran realita sekaligus pada hubungannya dengan Ifan. Saat Dita dan Ifan jalan berdua selalu ada sosok virtual Ed bersamanya yang membuat Dita tidak fokus kepada Ifan.
Peristiwa ini mengingatkan kepada beberapa kasus perselingkungan yang unik, yaitu berselingkuh lewat obrolan Shopee, Gojek hingga aplikasi edit Canva. Pada kasus Dita ini, dia berselingkuh dengan realitas berimbuh.
Diproduksi oleh Sinemaku Picture dan Legacy Picture, film ini mampu menyorot sisi kecanduan teknologi yang tentunya banyak terjadi di kalangan muda saat ini. Film mampu menggambarkan sisi kelemahan manusia yaitu kehilangan berubah menjadi sisi kecanduan akibat teknologi AR.
Selain itu, Prilly Latuconsina mampu menunjukkan karakter orang yang sangat sulit untuk mengikhlaskan masa lalunya. Emosi serta penempatan intonasi suara yang Prilly keluarkan sontak membuat penonton merasakan kesedihan yang sama. Hal itu ditambah dengan pemilihan serta musik yang mampu menambah keharuan.
Film ini juga menampilkan narasi tentang filosofi Mandala. Mandala menghormati empat arah mata angin, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Dalam film ini, utara berarti keserakahan, barat berarti rasa cinta, selatan berarti amarah, dan timur berarti ketentraman.
Dita memiliki perasaan untuk memiliki Ed dan juga mencintainya. Namun, tersulut kemarahan karena kondisi diri lalu harus belajar mengikhlaskan kepergian Ed agar menemukan ketentraman hidup. Pada akhirnya semua semestinya kembali kepada keselarasan hidup dan hidup dengan seutuhnya.
Film ini bergenre drama roman, tetapi tidak berpatok pada kisah pasangan kekasih saja melainkan kepada kisah orang tua juga. Maka dari itu, film dengan rating umur 13 tahun ini bisa ditonton bersama teman, pasangan, ataupun orang tua. Selain itu, film ini juga tidak membutuhkan perhatian penuh, tetapi siap-siap untuk terharu dan sedikit greget dengan karakter Dita.
Secara keseluruhan, film Ketika Berhenti di Sini mengisahkan cerita cinta klise yang menyedihkan dengan inovasi tampilan elemen teknologi augmented reality (realitas berimbuh) di dalamnya. Film ini layak mendapat apresiasi karena mampu menampilkan kisah percintaan jalur fiksi ilmiah. Walaupun tidak terdapat sisi berkesan dari sinematografinya, film ini memiliki rating IMDb 7,7.
Taqiyyah Al Ghumaidha Alta
Mahasiswa Program Studi Biologi angkatan 2022
Universitas Hasanuddin