Bagaimana jadinya jika biaya praktik lapang yang menjadi bagian dari UKT harus ditanggung lagi oleh mahasiswa?
Praktik Lapang (Praklap) merupakan salah satu implementasi antara program pendidikan di kelas dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan di lapangan. Disamping itu, Praklap dapat memberikan keuntungan pada pelaksanaannya, misalnya saja keahlian dalam sebuah bidang yang tidak diperolah di ruang kelas.
Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Muh. Restu MP, mengatakan bahwa Praktik Kurikulum akademik Unhas ada yang bersifat setara pengembangan sikap, meliputi keterampilan umum dan khusus. Tak jauh berbeda dengan Praktik Kerja Nyata (PKN), Praklap merupakan pembelajaran di lapangan untuk mengaplikasikan materi yang telah diperoleh di kelas.
“Itu kan bagian dari mata kuliah jadi manfaatnya sangat besar, karena memberikan keterampilan bagi mahasiswa untuk merefleksikan ilmu yang didapatkannya di kelas ke lapangan,” ucap Restu, Kamis (6/3).
Lebih lanjut, Restu mengatakan, penyelenggaraan Praklap disesuaikan dengan kebutuhan program studi (Prodi). Di Unhas sendiri, Praklap diterapkan di beberapa fakultas, seperti Fakultas Peternakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ilmu Budaya. “Itu kan kurikulum yang diterapkan di fakultas, lalu ditetapkan di universitas. Kurikulum tersebut harus mengacu sesuai visi dan misi, serta kebutuhan di setiap mata kuliah,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Prasarana Fakultas Pertanian, Dr rer nat Zainal STP MFood Tech, bercerita mengenai mekanisme pengajuan mata kuliah dan praktikum. Di setiap semester, prodi mengadakan rapat untuk menentukan mata kuliah dan penyelenggaraan Praklap.
“Praklap tidak menetap di seperti mata kuliah, bila dirasa tidak cocok, masing-masing dari mereka langsung saja ditugaskan ke tempat usaha,” ucap Jamil, Kamis (5/3).
Namun, di sisi lain Praklap merupakan bagian dari pembelajaran substansi yang tidak akan cukup di kelas sehingga harus ke lapangan. Jamil mengatakan bahwa program ini akan menambah wawasan mahasiswa dan memahami kegiatan sosial di masyarakat. “Justru yang memberikan arahan langsung itu yah di lapangan. Kalo ke lapangan juga bisa membangun kebersamaan, tanggung jawab, dan rasa memiliki satu sama lain,” jelasnya.
Saat disinggung mengenai anggaran, Jamil mengungkapkan bahwa masing-masing prodi sudah menyediakan dana untuk dua kali praklap. Untuk semester genap dan ganjil di setiap tahun, pembiayaan praklap sebagian tangungan mahasiswa dan selebihnya untuk dosen.
“Ada prodi yang mengatur 100 ribu per mahasiswa yang disesuaikan dengan jarak tempuh perjalanan, konsusmsi, dan penginapan. Selebihnya untuk uang perjalanan dosen itu urusan administrasi,” ungkap Jamil.
Tak hanya itu, Wakil Dekan Bidang Perencanaan dan Sumberdaya FIKP Unhas, Dr Ir Syafruddin SPi MP PhD, membeberkan biaya operasional, termaksuk dana Praklap yang didapatkan dari Uang Kuliah Tunggal mencapai 4,1 miliar.
“Dana operasional yang disediakan itu mencapai 4.1 Miliar, segaiannya digunakan untuk Praklap di setiap semester,” kata Syafruddin, Kamis (28/11/2019).
Besarnya dana tersebut nyatanya belum bisa menutupi semua biaya operasional Praklap. Terbukti saat penyelengaraan praklap pada semester ganjil 2019/2020, anggaran kegiatan masih melibatkan mahasiswa. Hal ini membuat sebagian mahasiswa ‘menjerit’. Seperti yang dirasakan Risfah, mahasiswa FIKP Unhas. Kala itu, Risfah terpaksa meminjam uang dari teman indekosnya untuk membayar dana Praklap karena beasiswanya belum cair.
“Keberatan, belum cair Bidikmisiku baru uang praktek 300 ribu rupiah, terpaksa saya pinjam uang ditemanku,” keluh Risfah, Senin (30/12/2019).
Mengenai pembayaran tersebut, Koordinator asisten Praklap terpadu Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Rachmat Hidayat S Pi membeberkan, penyelenggaraan Praklap di dua lokasi yakni di Kabupaten Barru dan Pare-pare menghabiskan dana sekira 300 ribu rupiah untuk setiap mahasiswa. Biaya tersebut meliputi transportasi, dalam hal ini menggunakan bus, biaya tempat tinggal, konsumsi lima kali makan dan dua kali cemilan.
“Biaya tersebut diperkirakan untuk transportasi, penginapan dan makan. Uang akan dikembalikan jika ada sisanya. Dan yang memegang uangnya mahasiswa itu sendiri, kita bentuk panitia. Jadi dosen maupun asisten tida ada urusannya di situ,” ucap Rachmat.
San/Wjn