“Dia menjadi sumber mata air pengetahuan bagi banyak orang. Dia menjadi sumur informasi bagi banyak media dan tambang inspirasi serta motivasi bagi generasi.”
Dari tanah yang subur dan penuh sejarah, Makassar, Sulawesi Selatan, Mattulada menjadi salah satu kisah gemilang seorang ilmuwan dan pejuang yang telah berhasil mengukir namanya dalam benak generasi.
Mattulada, dari Pejuang hingga Ilmuwan adalah sebuah buku biografi yang menggambarkan perjalanan lintas waktu mengikuti rekam jejak Prof Dr H Ahmad Mattulada yang mendedikasikan hidupnya bagi perubahan dan kemajuan pendidikan dari Kawasan Timur Indonesia.
Buku ini ditulis oleh M Dahlan Abubakar, mahasiswa Mattulada kala ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Unhas. Ia menulis buku ini untuk mengenang perjalanan hidup Mattulada, dari kelahirannya di Bulukumba pada 15 November 1928 hingga kepulangannya di Makassar pada 12 Oktober 2000.
Dahlan merasa setelah kepergian Mattulada selama 23 tahun, tidak seorangpun mengenalnya, dari kalangan ilmuwan bahkan anak didiknya. Ia mulai menulis dan menginisiasi penulisan buku tentang rekam jejak dan kehidupan Mattulada. Baginya, Mattulada adalah sosok yang berhasil menandai setiap detik perjalanan hidupnya dengan keberanian dan penuh keteguhan.
Diceritakan Mattulada termasuk salah satu founding father’s atau pelaku utama berdirinya Unhas pada 1956. Ia turut menjadi inspirator dan inisiator pendirian Fakultas Sastra dan Filsafat Unhas serta berhasil menjadi sarjana pertama fakultas tersebut.
Dahlan juga mengungkapkan ketertarikan Mattulada pada bidang seni dan sastra musik. Bersama Hamzah Daeng Mangemba, Mattulada juga menjadi sosok dibalik penyusunan dan penggubah Mars Universitas Hasanuddin yang hingga saat ini selalu dinyanyikan dalam berbagai kegiatan dan acara di Unhas.
Tak hanya sekedar mengisahkan keberhasilan dan pencapaian akademis Mattulada, buku ini juga mengungkapkan kejadian menegangkan yang ia alami pada 1946 saat ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Bulukumba. Ia harus menghadapi ancaman yang mengerikan dan menegangkan, dengan petugas yang sering membawa tawanan dan tak pernah kembali lagi. Namun, nasib baik memihaknya kala itu.
“Seandainya, Kepala Polisi Sulawesi Selatan La Tippa tidak kebetulan berkunjung ke penjara Bulukumba, 7 Januari 1947, barangkali kita tak kenal lagi Mattulada, seorang pemikir dari Ujung Pandang. Dan seandainya ‘kebetulan’ tadi tak terjadi, mungkin nama Mattulada akan ikut tercatat dalam daftar panjang 40.000 pejuang dan rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban pembantaian Westerling. Nasib saya memang sedang ‘baik’ waktu itu,” tutur Mattulada dalam salah satu halaman di buku.
Dari posisinya sebagai Direktur Pusat Pelatihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Makassar hingga Ketua Umum Dewan Kesenian Makassar, Mattulada terus mendedikasikan dirinya dalam bidang akademis dan sosial.
Buku 192 Halaman ini mencoba menghidupkan kembali momen-momen bersejarah tersebut dengan hangat dan penuh penghargaan, menjadikan buku ini tidak hanya kumpulan fakta, tetapi juga motivasi yang membangkitkan semangat pembaca.
Buku ini memiliki empat bab, yang berisi asal dan kelahiran, pendidikan dan perjuangan, pengabdian, serta gagasan dan pemikiran. Uniknya, buku ini memiliki beberapa sub-bab judul yang cukup menarik, Gunung Milik Saya, Schakel School, Nyaris jadi Korban Westerling, hingga Pohon Lontar untuk Rumah, misalnya.
Melalui gaya bahasa yang mengalir dan kaya akan detail, Dahlan berhasil mengungkap dan membawa pembaca masuk ke dalam lapisan-lapisan kompleks dunia Mattulada, merasakan getaran perjuangannya, dan menggugah semangat untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Buku ini berhasil mengabadikan legacy Mattulada sebagai salah satu pionir pendidikan di Sulawesi Selatan. Nama besar beliau kini tak hanya dikenal sebagai ilmuwan dan pejuang, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang. Hingga kini namanya juga resmi diabadikan sebagai salah satu nama Aula di Unhas, Aula Mattulada di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas.
Judul Buku: Mattulada, Dari Pejuang hingga Ilmuwan
Penulis: M. Dahlan Abubakar
Penerbit: Kompas Penerbit Buku
Tebal: 192 Halaman
Nur Muthmainah