“Pelan-pelan saja karena semua ada masanya. Nikmati setiap proses yang dilalui dan optimalkan.”
Prinsip inilah yang menjadi motivasi salah satu alumnus Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin (Unhas), Harnita Rahman. Di tengah banyaknya peran yang ia jalani, perempuan asal Watampone ini percaya bahwa setiap langkah kecil yang dilewati penting untuk dihargai.
Meskipun berasal dari latar belakang keluarga menengah di Bone, akses terhadap buku dan bahan bacaan yang tersedia masih minim di sana. Namun, hal ini tidak menghentikan langkahnya dan mulai meminjam buku dari beberapa temannya.
Bagi Harnita, Unhas adalah impian yang besar dan sebelumnya hanya menjadi angan-angan. Sebagai orang pertama di keluarganya yang melangkah ke perguruan tinggi, melihat namanya terpampang dalam pengumuman kelulusan di koran menjadi momen yang sangat membanggakan.
Selain fokus pada bidang akademik, Harnita juga sempat terlibat dalam Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi), hingga Teater Kampus Unhas kala itu. Perkuliahan dan organisasi yang ia ikuti memberikannya kesempatan untuk melakukan kegiatan literasi dan kesenian lebih banyak.
Munculnya paradigma baru dalam dunia literasi, Harnita melihat literasi sebagai gerakan kultural yang tidak terbatas pada kemampuan membaca dan menulis. Bersama sang suami, Zulkhair Burhan, Harnita mulai mendirikan sebuah komunitas bernama Kedai Buku Jenny (KBJ) pada tahun 2011.
Sebagai Direktur KBJ, ia berusaha memberikan akses, pengetahuan, dan dorongan untuk berdaya kepada banyak orang, terutama anak-anak dan pemuda di Kota Makassar. Mulanya komunitas ini berdiri karena menyadari wadah berkegiatan masih kurang sehingga mereka juga mulai menginisiasi dibentuknya sebuah perpustakaan.
“Kami berpikir bahwa perpustakaan tidak harus tempat yang sunyi, melainkan tempat yang ribut akan suara-suara diskusi. KBJ tidak membatasi hanya orang yang gemar membaca atau berkesenian saja yang bisa bergabung, tetapi kami menjadikannya sebagai ruang bersama,” jelasnya saat ditemui di KBJ, Kamis (21/03).
Bersama KBJ, perempuan kelahiran 1984 ini telah menginisiasi banyak program, salah satunya yaitu Teater Anak Ketjil. Di sini, anak-anak diberikan kesempatan untuk berekspresi melalui kesenian, khususnya teater.
Bagi Harnita, kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang yang memberikannya peluang untuk mengembangkan diri adalah hal yang paling berkesan selama menjadi bagian dari KBJ. Komitmennya untuk berproses bersama tanpa saling membebani menjadi hal yang membuatnya dapat terus bertahan dan bergerak sampai saat ini.
Harnita juga sempat terlibat dalam project bertajuk Pesantren Ramah Anak yang berkolaborasi dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan juga menjadi fasilitator terlatih untuk keluarga bersama dengan Ashoka Foundation. Ia juga kerap menjadi pembicara dalam banyak ruang-ruang publik, salah satunya pada Makassar International Writer Festival (MIWF) 2023.
Selain itu, ia juga kerap menerbitkan karya dan tulisannya di berbagai platform. Bahkan, tulisan-tulisannya mengenai gender dan perempuan juga sempat mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kategori Apresiasi Pegiat Perempuan Bidang Pendidikan Kesetaraan pada 2018.
“Melalui karya yang saya tulis, saya berupaya untuk memunculkan suara perempuan agar didengar. Salah satu upaya agar suara perempuan bisa didengar juga dengan melibatkan mereka pada berbagai aktivitas dalam kehidupan,” tuturnya.
Di samping kesibukannya dalam berkarir, ia pun tak luput dari perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Baginya, pilihan antara karir dan mengurus rumah tangga seharusnya bukan lagi dilema, tetapi sebuah pilihan yang sadar dan bisa dijalani bersama-sama.
“Perempuan seyogyanya tidak lagi dihadapkan pada pilihan berkarir atau mengurus rumah karena keduanya dapat berjalan bersama tanpa harus ada yang dikorbankan. Tetapi, hal ini kembali pada pilihan masing-masing dan dukungan keluarga agar perempuan dapat lebih terbuka untuk mendiskusikannya,” ucapnya.
Dalam menjalani kehidupan yang penuh tanggung jawab, ibu dari dua anak ini membagi waktu antara kerja, hobi, dan keluarga dengan bijaksana. Ia percaya bahwa merayakan setiap pencapaian, sekecil apapun, merupakan hal penting dalam menjaga semangat dan rasa syukur.
Ia menyebut salah satu tokoh yang menginspirasinya adalah Malala Yousafzai, seorang aktivis yang dikenal karena perjuangannya yang gigih dalam memperjuangkan hak pendidikan perempuan, terutama di daerah konflik seperti Pakistan.
Dengan merangkul literasi, kesenian, dan peran perempuan dengan penuh semangat, Harnita berharap agar perempuan dan semua orang dapat menemukan ruang amannya sendiri untuk mengejar impiannya.
Ni Made Dwi Jayanti
