“Kalau dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan kita bisa mengubah bumi dan dunia, mengapa kita tidak mengubah diri kita sendiri dulu.”
Sebagai salah satu alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (Unhas), Indrawati Matkusen menceritakan perjalanan hidupnya dengan perspektif unik dengan menggabungkan prinsip-prinsip keadilan gender, kesadaran lingkungan, dan gaya hidup vegan dalam kesehariannya.
Indrawati lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang memiliki latar belakang sebagai prajurit TNI. Meskipun mengakui bahwa nilai-nilai patriarki masih terasa kuat dalam lingkungan keluarganya saat itu, Indrawati menyadari pentingnya pendidikan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Saat ini, Indrawati merasakan bahwa karir domestik dan publik memiliki nilai yang setara. Dia menyadari bahwa tantangan yang dihadapi oleh laki-laki dan perempuan dalam membagi peran domestik dan karir semakin menantang, dan dia yakin bahwa peran tersebut harus diseimbangkan dengan adil.
Dulunya, Indrawati memilih untuk mengejar pendidikan tinggi di Ilmu Hubungan Internasional (HI) di Unhas karena baginya Unhas akan menjadi pintu gerbangnya untuk terlibat dalam dunia internasional yang menarik.
Wanita asal Ujung Pandang tersebut turut mengenang masa kuliahnya dulu yang tak terlupakan kala didesak oleh teman-temannya untuk maju dalam pemilihan ketua himpunan di saat itu. Indrawati tak menampik bahwa masalah kepemimpinan memiliki dampak besar pada keadilan gender.
“Dalam hal kepemimpinan, kualitas intelektual dan karakter harus menjadi penentu utama, tanpa adanya diskriminasi gender,” tuturnya, Minggu (22/08).
Namun, setelah melanjutkan pendidikan magister (S2) di Universitas Hull, Inggris, pada tahun 2000-2001. Indrawati justru tertarik dengan fenomena keseimbangan alam yang semakin memburuk akibat proses industri produksi yang besar-besaran.
Kesadaran Indrawati akan pentingnya keseimbangan alam dan dampak industri besar terhadap lingkungan memuncak. Melalui pengamatan kritisnya, ia memahami bahwa perlakuan terhadap alam dan hewan serta perkembangan teknologi harus diatur dengan aturan yang adil.
Baginya apa yang terjadi pada bumi dan pesatnya perkembangan teknologi harus mengikuti aturan atau kaidah untuk mewujudkan keadilan bagi semuanya. Bercermin dari fenomena tersebut itulah, ia mulai memantapkan dirinya untuk terlibat dalam politik vegan di Eropa.
Menurut wanita kelahiran 1974 ini menyebut politik vegan lebih dari sekadar mengampanyekan gaya hidup saja. Politik vegan juga mengkaji masalah kehidupan yang saling berkaitan satu sama lain, antara manusia dan alam.
Indrawati menuturkan bahwa salah satu cara untuk menyelamatkan bumi ialah menerapkan gaya hidup vegan demi menjaga keseimbangan dan keadilan bagi semuanya. Ia menyadari bahwa terdapat banyak bahan pangan alternatif yang setara dengan nutrisi yang terdapat dalam produk hewani.
Sebagai seorang muslimah, ia menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai role modelnya. Baginya, mengenal dan memahami ajaran Islam dengan lebih baik adalah kunci untuk menjawab tantangan hidup di dunia ini.
Baginya, proses menjadi vegan tidaklah mudah sebagaimana yang mungkin dipikirkan oleh banyak orang. Pemahaman masyarakat mengenai perubahan gaya hidup masih menjadi tantangan. Walaupun demikian, Indrawati memaklumi tingkat pemahaman yang masih berkembang di masyarakat.
Indrawati menyebut bahwa perubahan itu seharusnya dimulai dari diri sendiri. Melalui perjalanan spiritual dan intelektualnya, Indrawati telah menyuarakan pentingnya keseimbangan alam, keadilan gender, dan gaya hidup vegan sebagai bagian integral dari perubahan positif untuk bumi ini.
Muhammad Nur Ilham
