Berwibawa, karismatik, dan tentunya tampan. Begitulah gambaran dari ingatan mahasiswa untuk Prof Natsir Nessa. Pria kelahiran Belawa, Wajo, 27 November 1948 ini seorang akademisi dan pemimpin. Tentu dengan banyak pengalaman menjadikannya dikenal sebagai sosok yang hebat.
Natsir Nessa mengenyam pendidikan di SD Rakyat Ujung Pandang, SMP Negeri 1 Ujung Pandang, dan SMA Negeri 1 Ujung Pandang. Setelah lulus sekolah, ia melanjutkan kuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan lulus sebagai Sarjana Pertanian pada 1974. Gelar magister diraihnya di Institut Pertanian Bogor (IPB). Tak pulang ke Sulawesi Selatan (Sulsel), Natsir kembali melanjutkan pendidikan doktornya di IPB hingga memperoleh gelar doktor Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada 1985.
Usai mendapatkan gelar doktor, Natsir mengabdikan diri pada almamater merah Unhas hingga tutup usia pada Kamis 27 April 2023. Ia ahli dalam bidang pengelolaan sumber daya hayati laut. Dikenal pula sebagai Guru Besar Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas. Tak hanya menjadi dosen, Natsir pernah menjabat Ketua Jurusan Perikanan/Kepala Bagian Hidrologi dan Produksi, Fakultas Pertanian, Unhas (1975-1977), Ketua Panitia Pembentukan Fakultas Ilmu dan Kelautan Unhas (1991), Pembantu Rektor II Unhas (1992-1998), Pembantu Rektor I Unhas (1998-2002), hingga Direktur Program Pasca Sarjana Unhas (2002-2006).
Dalam mengajar, Natsir tak menjadi dosen yang selalu mementingkan tuntutan administrasi saja. Fokusnya bukan hanya menjadi tenaga pengajar. Menurut salah satu mahasiswa anak bimbingan terdekatnya yang saat ini adalah Dosen Perikanan di Universitas Bosowa (Unibos), Dr Ratnawati Gatta katakan, sosok Natsir lebih sering menjadi seorang pendidik. Ia dosen yang tak pernah tega jika ada mahasiswanya dikeluarkan dari kampus. Pasti selalu diusahakannya.
“Setiap mahasiswa bimbingannya selalu dianggap seperti anak sendiri. Hampir di setiap tahunnya, beliau mengadakan pertemuan mulai S-1 hingga S-3. Jika ada yang terkendala secara finansial dalam perkuliahan, biasa akan dibantunya,” kenang Ratnawati saat diwawancara, Kamis (4/5).
Selama menjadi tenaga pendidik di FIKP, pria yang akrab disapa Prof Nanes ini sangat disiplin. Hal ini ditandai dengan hadir lebih awal sebelum jam perkuliahan dimulai. Ia tetap mengizinkan mahasiswanya masuk di kelas walau terlambat, tetapi akan diteror dengan berbagai pertanyaan selama proses pembelajaran. Mengawali pertemuan kelas perkuliahannya, mahasiswa selalu diberikan nasihat-nasihat atau filosofi apapun yang ditemuinya entah dalam perjalanan menuju kampus maupun ke ruangan. Hebatnya, ia mampu menghubungkan filosofi itu dengan materi ajar.
Selain aktif di beberapa bidang pekerjaan sebagai akademisi, Natsir juga aktif berorganisasi. Sejak 1974 hingga 2023, ia merupakan anggota dari Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Daerah Sulawesi Selatan (1977-1978), Pendiri dan Ketua Lembaga Kajian Agama dan Kemasyarakatan Indonesia (KMAI) (1991-2023), serta Ketua Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI), Sulawesi Selatan (1999-2006).
Tidak hanya peduli, Ratnawati mengingat Natsir sebagai sosok sederhana. Apapun yang dikenakannya akan terlihat mewah sekalipun hanya mengenakan kaos biasa. Sebelum aktif mengurus di rektorat Unhas, pria sederhana ini ternyata sangat menyukai olahraga golf. Namanya bahkan familiar di telinga para pecinta golf yang ada di Makassar. Selain golf, rupanya ia juga hobi kulineran. Tidak ada satu pun resto viral Makassar yang dilewatkannya. Bahkan kerap memberi rekomendasi terkait tempat kuliner yang bagus ketika diajak kumpul oleh rektor atau staf akademika lainnya. Orang-orang telah mengakui, kalau soal kuliner pilihannya tak pernah salah.
Iftita Aspar